Bisht, Jubah Tradisional Pria-pria Arab

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Kamis, 02 Mar 2017 14:21 WIB
Raja Salman selalu memakai gamis putih panjang semata kaki. Busana ini masih dipadukan dengan bisht (jubah) dan agal (penutup kepala pria Arab).
Bisht yang dipakai Raja Salman berwarna hitam dengan tambahan warna emas di bagian kerahnya. (REUTERS/Achmad Ibrahim/Pool)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam kunjungan kenegaraannya ke Indonesia, Raja Arab Saudi Raja Salman selalu terlihat menggunakan pakaian berwarna putih. Pakaian tersebut merupakan busana putih sepanjang mata kaki yang disebut sebagai thawb, thobe, atau kandura.

Warna putih dari gamis semata kaki ini bertujuan untuk melindungi si pemakai dari panas terik.

Meski demikian, kandura biasanya juga dipakai sepanjang tahun. Pemakaian kandura atau thawb ini juga dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur dan juga menunjukkan sisi Islami dan bersahaja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kandura ini masih dilapisi lagi dengan 'outerwear' berwarna cokelat dengan garis emas di pinggirnya, serta agal (penutup kepala pria Arab). Namun di Arab, jubah cokelat tipis bergaris emas ini bukanlah jubah biasa.

Jubah yang bernama bisht merupakan salah satu jenis jubah yang populer di Arab dan beberapa negara Arab lainnya.

Bisht sendiri biasanya dibuat dari wol dengan berbagai rangkaian warna, seperti hitam, cokelat, krem, ataupun abu-abu. Namun dalam kunjungannya ke Indonesia, Raja Salman terlihat menggunakan bisht dalam warna cokelat, krem, dan hitam.

Mengutip Arab News, bisht sendiri biasanya dipakai saat musim dingin. Namun kini, bisht dipakai untuk berbagai acara istimewamisalnya pernikahan, festival, wisuda, dan Lebaran.

Bisht ini biasanya juga dipilih oleh politikus, tokoh agama dan petinggi-petinggi di negara semenanjung Arab, Irak. Jubah ini dipakai sebagai baju pilihan mereka saat untuk berbagai acara formal.

Jubah tradisional ini juga digunakan sebagai penanda status sosial.

Banyak orang berpendapat bahwa tak ada busana lain yang mampu menandingi keindahan bisht buatan tangan. Inilah sebabnya bisht dianggap sebagai sebuah seni dan keterampilan yang diturunkan dari generasi ke generasi.

"Bisht pertama kali dijahit di Persia. Warga Saudi kenal dengan jubah ini saat penjual bisht datang untuk Haji atau Umrah," kata Abu Salem, seorang penjahit Saudi dari Al-Ahsa.

Kawasan Al-Ahsa sendiri dianggap sebagai kawasan penghasil bisht terbaik selama lebih dari 200 tahun. Daerah ini juga merupakan produsen bisht yang terkenal kawasan negara-negara Teluk sejak 1940-an. Beberapa keluarga di Al-Ahsa mewarisi keterampilan menjahit dari nenek moyang mereka.







(chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER