Jakarta, CNN Indonesia -- Buat perancang busana Ivan Gunawan, batik bukan sekedar pakaian 'hari Jumat' atau pakaian hajatan. Namun, batik, kata dia, bisa bercorak modern yang dapat dipakai saat bermain ke pusat perbelanjaan, piknik dan bahkan mungkin ke diskotik.
Beranjak dari itulah Igun, demikian ia biasa disapa lalu membuat koleksi busana yang ia namakan Jajaka sejak dua tahun lalu. Di dalamnya, ia bermain-main dengan batik nusantara, dari mulai batik Pekalongan, Kudus, Cirebon dan tak luput sentuhan Asmat.
Dalam kesempatan pameran Taiwan Excellence yang berlangsung di Central Park Mall, Jakarta pada Jumat (3/3), koleksi Jajaka itu kembali ia suguhkan ke publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jajaka, kata dia, memadukan beragam corak batik nusantara seperti batik Pekalongan, tenun Toraja, motif poleng, motif endek, dan sedikit sentuhan Asmat.
Tidak hanya itu, ada pula koleksi Jajaka yang dinamakan Canting Merah. Koleksi ini khusus menampilkan kombinasi corak batik Kudus dan batik Cirebon. Gabungan warna seperti merah, hitam dan putih menjadi ciri Canting Merah.
Keseluruhan unsur budaya etnis nusantara itu dimasukkan dalam gaya busana dari mulai gaun, rok, kemeja, celana, hingga luaran yang dirancang secara modern.
Seperti yang diakui sendiri oleh Igun, modernisasi batik tampaknya menjadi tekadnya guna mengangkat batik dari citra "tradisional" dan "lokal" menjadi modern dan global. Bagi Igun, batik hanyalah sebuah motif yang bisa dituangkan dalam wadah bernuansa modern dan universal.
"Saya mau tunjukkan batik bisa bercorak modern yang dapat dipakai ke mall, piknik dan mungkin juga diskotik," ujarnya.
 Koleksi Jajaka karya Ivan Gunawan. (Foto: CNN Indonesia/Hizki Darmayana) |
Perwujudan dari upaya Igun untuk membuat batik mendunia tampak pada bagian ke-dua fashion show tersebut. Karya kolaborasi Igun dengan Taiwan berupa rancangan busana dengan perpaduan dua kebudayaan pun ditampilkan.
Igun menuangkan motif bernuansa China dalam rancangan batik yang diberi nama East Goddess atau Dewi Timur itu. Motif alam berupa awan, ranting dan akar tampak mewarnai Dewi Timur.
"Saya berikan nuansa lady look dan timeless look dalam rancangan ini,dengan motif abstrak dan salur agar tidak tampak membosankan," ujarnya.
Bergelut dengan modernisasi batik, seakan sudah menjadi rutinitas Igun. Awal tahun lalu, misalnya, Igun membuat rancangan modern yang berasal dari perpaduan batik Sidomukti Solo dan kain tapis Lampung.
Dan pada 2015, Igun pun sudah menyajikan rancangan batik modern bernuansa merah dan jingga. Rancangan yang didominasi motif akar dan bunga itu diberi nama Lembayoeng.
Dan modernisasi itu tampaknya akan terus dilakukan Igun. Sebab, satu hal prinsip Igun.
"Ingat, batik itu hanya motif, yang bisa dituangkan dalam rancangan modern," ujarnya.
(rah)