Jakarta, CNN Indonesia -- Vitamin B ternyata dapat menjadi harapan dalam menangkis zat berbahaya yang dikandung polusi udara.
Hal tersebut menjadi temuan dari penelitian baru yang dilakukan sejumlah peneliti di Hong Kong, dan diterbitkan pada Senin (13/3).
Dalam penelitian awal, sejumlah peneliti menemukan zat berbahaya yang dikandung polusi udara bernama PM2,5.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian berikutnya berujung pada temuan bahwa konsumsi vitamin B harian dapat mengurangi dampak kerusakan tubuh oleh zat berbahaya tersebut. Namun, ini masih penelitian kecil dengan sampel tidak banyak, sehingga perlu penelitian lebih lanjut.
Polusi udara, bagaimanapun, tidak dapat dihindari oleh masyarakat kota karena tingginya penggunaan kendaraan bermotor.
PM 2,5 merupakan partikel kecil berdiameter 2,5 mikrometer yang ada di dalam udara. Selain dengan mudah masuk ke saluran pernafasan saat dihirup, partikel berbahaya tersebut juga dapat masuk dalam rongga paru-paru.
"Partikel tersebut begitu kecil, mereka dapat masuk ke dalam saluran pernafasan, dan masuk hingga ke dalam paru-paru," ujar Chak K Khan, Profesor bidang Atmosfer Lingkungan di School of Energy and Environment, Hong Kong pada CNN.
Para ahli mengatakan, ketika partikel itu dihirup, akan terjadi peradangan di sistem paru-paru dan mengakibatkan stres. Selain itu, PM2,5 karena adanya epigenetik yang dapat merubah sel-sel dalam tubuh.
Data World Health Organization mengatakan, 92 persen dari populasi dunia bertempat tinggal di lokasi yang memiliki PM2,5 melebihi ambang batas.
Menurut Andrea Baccarelli, ketua Penelitian Kesehatan Lingkungan di Universitas Columbia, bahaya PM2,5 belum sepenuhnya dimengerti oleh khalayak.
"Kurangnya pencegahan dari individu menambah kompleksitas untuk mengatasi tantangan masyarakat ini," ujarnya.
Fungsi Vitamin BPenelitian yang hasilnya diterbitkan di jurnal ilmiah PNAS, melibatkan 10 relawan. Pada awalnya mereka ditempatkan di lokasi yang bersih tanpa polusi dan mendapatkan pengobatan tiruan atau sugesti (placebo) dan dicek reaksinya.
Empat minggu berikutnya, mereka juga kembali menjalani placebo di Kota Toronto yang tingkat polusi udaranya tinggi, dengan seribu kendaraan yang melintas tiap jam setiap harinya. Pada uji coba ini, relawan mengenakan masker.
Eksperimen pun kembali dilakukan dengan relawan yang telah menerima suplemen vitamin B setiap harinya. Suplemen itu terdiri dari 2,5 mg asam folat, 50 mg vitamin B6 dan 1 mg vitamin B12.
Diketahui, vitamin B6 dapat ditemukan di hati, daging ayam dan kacang. Sedangkan B12 biasa ditemukan di ikan, daging, telur, susu dan sereal (gandum).
Peneliti menemukan dalam empat minggu vitamin B dapat mengurangi kerusakan pernafasan yang terpapar PM2,5 sebanyak 28-76 persen.
"Studi di masa depan khususnya di di area berpolusi, sangat dibutuhkan untuk memvalidasi temuan kami dan akhirnya kami mengembangkan pencegahan dengan vitamin B," ujar Baccarelli.
"Kontrol emisi dan regulasi merupakan tulang punggung untuk pencegahan sayangnya hal tersebut masih banyak di kota besar," tuturnya.
Menurut Chan, selama emisi masih tinggi di pusat kota maka itu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menjaga kesehatan masyarakatnya. Penggunaan masker atau metode membersihkan udara menjadi solusi selain mengkonsumsi vitamin B.
(rah)