Rusaknya Terumbu Karang Ancam Sektor Pariwisata Raja Ampat

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Kamis, 16 Mar 2017 11:39 WIB
Butuh puluhan tahun untuk merehabilitasi terumbu karang yang rusak, padahal setiap harinya ada orang yang mencari nafkah dari industri pariwisata Raja Ampat.
Bongkahan karang yang rusak disebabkan kandasnya Kapal MV Caledonian Sky berbendera Bahama di perairan Raja Ampat, Papua Barat, Sabtu (4/3). (Dok. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Proses rehabilitasi terhadap terumbu karang yang rusak di Raja Ampat, Papua Barat, bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun, mengingat kerusakan yang disebabkan oleh kandasnya kapal pesiar Caledonia Sky cukup parah.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantya Satyamurti Poerwadi, mengatakan sejatinya terumbu karang paling cepat tumbuh sebanyak lima centimeter per tahun.


“Itu pun tergantung dengan kondisi alamnya, terutama kualitas air lautnya,” kata Brahmantya pada Rabu (15/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh kapal pesiar milik perusahaan asal Inggris, Noble Caledonia, itu diperkirakan mencapai 1.600 meter persegi.

Kepala Badan Riset dan SDM Zulficar Muchtar mengemukakan insiden seperti ini bukan yang pertama kali terjadi di dunia pelayaran.

“Namun, bobot dan ukuran Caledonia Sky membuat kerusakan semakin meluas,” ujar Zulficar.

Sektor Pariwisata Terdampak

Sepanjang tahun 2016, sebanyak 5.000 orang wisatawan telah mengunjungi Raja Ampat. Wisatawan asal Amerika Serikat masih mendominasi jumlah kunjungan tersebut.

Estimasi biaya selama berwisata lima malam di sana sekitar Rp20 juta per orang, sudah termasuk tiket dan penginapan. Dan tahun ini, Pemerintah Daerah Raja Ampat menargetkan sebanyak 7.000 kunjungan wisatawan.

Belum sampai di ujung tahun, namun target tersebut kini menjadi pertanyaan, setelah rusaknya terumbu karang akibat aktivitas kapal pesiar yang dinahkodai oleh Kapten Keith Michael Taylor diperkirakan bakal memberi dampak buruk ke sektor pariwisata Raja Ampat, seperti yang dikatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat Yusdi Lamatenggo.

Padahal, setiap harinya ada orang yang mencari nafkah dari industri pariwisatanya. Mereka berprofesi mulai dari pelayan hotel sampai pemandu kegiatan menyelam.


"Pemerintah telah membentuk tim untuk meminta pertanggungjawaban mereka. Tim juga akan melibatkan lembaga konservasi nasional maupun internasional serta pihak akademisi Universitas Papua Manokwari," ujar Yusdi pada Kamis (16/3).

Raja Ampat bersama Bunaken dan Wakatobi telah ditetapkan sebagai 10 Destinasi Pemasaran Utama, selain Great Jakarta, Great Bali, Great Kepri, Joglosemar, Medan, Lombok, Makassar, Bandung, dan Banyuwangi.

Sedangkan 10 Bali Baru atau Destinasi Prioritas yang ditetapkan adalah Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, dan Morotai.


Setelah membentuk tim investigasi, pemerintah Indonesia juga akan memanggil perwakilan Noble Caledonia dan perwakilan perusahaan asuransinya, SPICA Service Indonesia, pada Jumat (17/3), untuk membahas klaim ganti rugi kerusakan.

Branch Manager SPICA Services Indonesia, Dony, mengatakan pihaknya akan memberikan ganti rugi atas klaim yang diajukan oleh pihak ketiga, dengan syarat adanya survei dan verifikasi data lapangan.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER