Botox, Cantik Tanpa Rasa Sakit

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Senin, 20 Mar 2017 06:50 WIB
Botox menjadi populer karena publik menyukai teknik rekayasa kecantikan ini tanpa rasa sakit, atau membuat bengkak dan efeknya cepat dan terlihat langsung.
Botox menjadi populer karena publik menyukai teknik rekayasa kecantikan ini tanpa rasa sakit, atau membuat bengkak dan efeknya cepat dan terlihat langsung. (Foto: Thinkstock/itsmejust)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak bisa dipungkiri tampil segar dan awet muda jadi dambaan tiap orang, baik pria atau wanita. Tren operasi plastik dulu sempat populer di kalangan masyarakat. Tapi kini, orang beralih ke tren suntikan Botulinum Toxin atau lazim disebut botox.

Menurut Board Certified Dermatologist, Doktor Adri Dwi Prasetyo, tren berkembang di mana pasien tidak ingin merasakan sakit, bengkak berkepanjangan dan menginginkan hasil yang langsung terlihat.

"Tren estetika non operasi meningkat di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia," katanya saat ditemui usai acara peluncuran produk kecantikan di Jakarta Selatan pada Jumat (17/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Botox adalah zat protein yang diproduksi bakteri clostridium botulinum. Botox termasuk golongan obat perileks otot atau muscle relaxan. Awalnya, penggunaan botox bukan untuk keperluan estetik, tapi untuk blepharospasme atau kedutan dan migrain. Doktor Adri menjelaskan, stres dapat membuat otot tegang sehingga timbul sakit pada satu sisi kepala atau migrain. Suntikan botox akan membuat otot rileks dan migrain pun hilang.

"Kalau pun stres, orang tidak akan migrain," tambahnya.

Botox untuk keperluan estetik mulai dilakukan pada 2002. FDA, agensi kesehatan Amerika, mengeluarkan izin penggunaan botox untuk mengurangi kerutan di wajah, menaikkan alis, koreksi bentuk rahang dan mengurangi produksi keringat berlebih. Botulinum Toxin punya banyak tipe, tapi menurut Doktor Adri, tipe yang paling umum digunakan tipe A.

Suntikan botox berfungsi melumpuhkan sebagian otot sehingga otot tidak berkontraksi. Misal, botox disuntikkan pada titik tertentu pada wajah sehingga otot tidak berkontraksi dan tidak timbul kerutan. Pasien tidak langsung merasakan efek suntikan. Mereka baru bisa melihat efeknya setelah dua minggu. Doktor Adri mengatakan, pengulangan bisa dilakukan tiap empat bulan.

"Kalau pun tidak diulang, pasien tidak akan tambah jelek, hanya fungsi botox sudah hilang," kata Doktor Adri.

Ia bercerita studi di Amerika membuktikan jika botox tidak memiliki efek negatif setelah penggunaan habis.

Dalam studi ini, terang Doktor, salah seorang anak kembar diberi suntikan botox selama 13 tahun, sedangkan yang satu tidak. Di tahun terakhir, suntikan dihentikan. Anak yang biasa disuntik botox tidak mengalami perubahan, malah kerutan di wajahnya jauh lebih sedikit daripada saudara kembarnya. 

Lebih lanjut dijelaskan jika masyarakat kadang takut dengan terapi botox karena beredarnya informasi yang salah atau hoax. Informasi seperti botox membuat wajah kaku  tidaklah benar. Wajah kaku bisa disebabkan dosis tidak tepat. Takaran dosis untuk tiap orang berbeda. Hal ini karena ukuran otot target suntikan juga berbeda. Misal, dosis untuk otot senyum dan otot pengunyah pada rahang akan berbeda.

"Oleh karena itu penting bagi pasien untuk suntik botox di certified specialist," tambah Doktor Adri.

Selain itu, masyarakat tidak perlu menerapkan pantangan-pantangan tertentu sebelum atau sesudah suntik botox. Cuaca panas di negara tropis seperti Indonesia tidak berpengaruh pasca suntik botox. Doktor Adri berpesan, setelah suntik botox, pasien tidak boleh menekan area bekas suntikan.

"Nanti cairan bisa tersebar, tidak tepat di lokasi sasarannya," pungkasnya.

Menyambut Botox Generasi Baru

Secara klinis, zat protein dalam ekstraksi bakteri clostridial, yang merupakan bahan dasar botox, akan memproduksi antibodi. Antibodi dari suntikan botox yang lama ini akan menetralisir efek yang mungkin dihasilkan suntikan botox yang baru. 

Riset pasar yang dilakukan di Korea menemukan 50 persen pengguna botox mengakui jika keseringan penggunaan botox akan membuat 'unsur pangling' dalam penampilan seperti saat pertama kali dibotox akan hilang. Selain itu, pekerja medis yang sering terpapar botox juga akan terpengaruh.

"Maka peneliti memperbaiki produksi botox yang benar-benar tidak memproduksi antibodi," kata Doktor Adri.

Incobotulinum toxin tipe A kini jadi terobosan botox baru saat ini. Kandungan protein kompleks dalam botox ini murni. Tanpa ada kandungan protein yang tidak diperlukan. Selain itu, botox tidak akan menimbulkan antibodi, sehingga pasien dapat menggunakan botox dalam jangka waktu panjang.

Karakteristik botox baru ini juga berbeda. Sebelumnya botox harus dijaga dalam suhu dingin karena bila dikeluarkan dari coolbox atau lemari es sebentar saja, fungsi botox berkurang. Kini, penyimpanan botox tidak harus selalu tempat dingin. Suhu ruangan tidak akan mengurangi fungsi botox.

"Bagi dokter, hal ini sangat membantu ketika terjadi listrik padam. Apalagi tidak semua tempat praktek atau klinik estetika punya genset," ujar Doktor Adri. (sys)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER