Jakarta, CNN Indonesia -- Penanganan terhadap ketulian di antaranya dapat dilakukan dengan alat bantu dengar, dan Auditory-Verbal Therapy (AVT) sebagai bantuan untuk belajar mendengar dan berbicara.
Sayangnya, meski sudah digagas sejak 2004 di Indonesia, akan tetapi pelaksanaannya masih jauh dari harapan.
"Dari 900 terapis di Indonesia tidak sampai 30 terapis mengerti bagaimana memberikan penanganan terhadap penderita ketulian," ungkap Dokter Sulantari di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi, Tangerang Selatan, pada Jumat (17/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, terapi AVT penting karena mendorong bagaimana semua anak tuna rungu berkumpul dan saling membantu satu sama lain untuk melatih anak yang mengalami ketulian.
Sebenarnya, terdapat beberapa cara untuk menolong anak yang mengalami gangguan pendengaran. Pertama kali, orangtua dapat melakukan
screening dengan biaya Rp150 ribu. Selanjutnya, ada pemeriksaan lanjutan terhadap lima model sekitar Rp1,5 juta sampai Rp2 juta.
Untuk gangguan pendengaran rendah bisa dilakukan dengan memasang alat bantu dengar yang rata-rata alatnya seharga Rp30 juta sepasang.
Jika gangguan pendengaran sudah parah atau masuk dalam kategori sangat berat, bisa dilakukan dengan implan koklea yang harganya jauh lebih mahal. Biasanya implan koklea seharga Rp180 juta.
Meski sudah dipasang dengan alat bantu dengan atau implan koklea, anak tetap harus menjalani terapi untuk melatih pendengarannya dan bicara. Sekali terapi dilakukan biasanya dengan harga Rp300 ribu. Terapi sendiri tidak dapat dipastikan seberapa lama waktu yang dibutuhkan.
Maka itu, melihat pada besarnya dana yang harus dikeluarkan maka dibutuhkan deteksi dini.
Ditambahkan Praktisi AV dari Yayasan Rumah Siput Indonesia, Pusat (Re)habilitasi Pendengaran, Eka K. Hikmat, terapi AUditory Verbal penting karena menjadi medium berbagi antara orangtua, anak dan terapis.
"Terapi akan baik jika anak didampingi oleh orangtua dan bertemu dengan terapis,"tuturnya.
(rah)