Jakarta, CNN Indonesia -- 'Serbuan' wisatawan membuat Selandia Baru mengalami krisis kamar hotel, seperti yang dilansir dari
Bloomberg pada Rabu (22/3). Krisis tersebut terjadi karena pemerintahnya tak mengira kalau jumlah kunjungan wisatawan mengalami kenaikan yang sangat pesat, jauh dari perkiraan pada beberapa tahun sebelumnya.
Tak hanya di pusat kota, hotel yang berada di luar kota juga sering menolak permintaan menginap dari wisatawan, karena kehabisan kamar kosong.
Dikutip dari Bloomberg, krisis kamar hotel itu sampai harus menimpa 53 wisatawan manula asal Amerika Serikat (AS), yang tidak mendapatkan kamar hotel ketika penerbangan mereka dari Auckland ke AS harus tertunda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puluhan wisatawan manula itu akhirnya menginap di rumah penduduk suku Maori yang sederhana, sambil menunggu jadwal pesawat lainnya.
Tahun lalu, ada sekitar 3,5 juta orang wisatawan yang mengunjungi Selandia Baru. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 4,5 juta wisatawan per tahun hingga 2022.
Perkiraan jumlah kunjungan tersebut hampir melebihi jumlah penduduk Selandia Baru, yaitu sebanyak 4,7 juta orang.
Wisatawan yang masih berniat datang bisa memilih jenis tempat penginapan lain, seperti di rumah penduduk Maori, dengan beralaskan kasur di atas lantai.
Atau bisa juga memilih tempat penginapan melalui Airbnb. Dalam situs pemesanan akomodasi ini, diketahui kalau terdapat sekitar 1.401 unit rumah di Auckland dan 1.488 unit rumah di Wellington yang siap disewakan.
Data pemerintah Selandia Baru mencatat kalau ada 138.593 unit kamar hotel di negaranya, dengan jumlah tingkat hunian sekitar 86 persen setiap tahunnya.
Pemerintah berencana mengatasi krisis kamar hotel ini dengan membangun 5.200 unit kamar hotel di seluruh penjuru kota. Namun, mereka juga memperkirakan kalau masih akan kekurangan ribuan kamar hotel hingga 2025.
Wisata alam menjadi incaran wisatawan untuk datang ke Selandia Baru. Selain tempat penginapan, saat ini pemerintahnya juga sedang memutar otak agar kerusakan alam tidak terjadi akibat serbuan wisatawan itu.
(ard)