Jakarta, CNN Indonesia -- Umat Hindu di seluruh dunia, termasuk Indonesia, bersiap untuk menyambut Tahun Baru Saka 1939 pada tahun ini. Setelah ritual Melasti pada Minggu (26/3) dan sebelum ritual Nyepi pada Selasa (28/3), umat Hindu di Tanah Air akan melakukan ritual Tawur Agung. Dalam ritual itu, ada ritual Pengerupukan dan pawai Ogoh Ogoh.
Ritual Pengerupukan dilakukan pada sore hari, dimana umat Hindu menyebar beras, membuat obor, dan memukul kentongan, di sekitar rumah untuk mengusir roh jahat yang berada di dalam bangunannya.
Di malam harinya, umat Hindu melakukan pawai Ogoh Ogoh atau boneka berbentuk iblis yang diarak keliling desa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boneka-boneka besar yang dibuat sekitar dua bulan sebelumnya itu lalu dibakar sebagai penanda terusirnya roh jahat dari lingkungan sekitar.
Dilansir dari Antara pada Senin (27/3), sebanyak 7.079 boneka Ogoh Ogoh siap dibawa dalam pawai malam nanti di Pulau Dewata.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Bali Ajun Komisaris Besar Polisi Hengky Widjaja menjelaskan bahwa Ogoh Ogoh paling banyak tersebar di wilayah Buleleng sebanyak 1.380, Gianyar sebanyak 1.355 dan Denpasar sebanyak 1.121.
Dalam pawai Ogoh Ogoh nanti, Polda Bali dan satuan wilayah di masing-masing polres mengerahkan 5.626 personel yang salah satunya ditugaskan untuk pengamanan, dibantu sekitar 22.000 petugas keamanan adat Bali atau Pecalang.
Kegiatan pawai akan dilakukan di sejumlah simpang sentral atau titik tertentu di suatu wilayah, misalnya di Denpasar, di antaranya di kawasan Catur Muka Lapangan Puputan Badung dan perempatan Tohpati.
Untuk itu Hengky mengimbau kepada masyarakat untuk mencari jalur alternatif demi menghindari kepadatan arus lalu lintas di masing-masing wilayah.
Sleman Juga MerayakanTak hanya di Bali, ritual Tawur Agung juga akan dilaksanakan di pelataran selatan kompleks Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, pada malam ini.
Ribuan umat Hindu dari Yogyakarta dan sejumlah kota lain di sekitarnya diperkirakan akan berdatangan.
Acara tersebut juga akan dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin dan Wakil Gubernur DIY Sri Paku Alam X.
Ritual di pelataran Candi Prambanan ini telah ditetapkan sebagai ‘Warisan Budaya Tak Benda Indonesia’ oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sebelumnya, sudah ada beberapa acara dalam rangkaian Tahun Baru Saka 1939, di antaranya Melasti di Pantai Ngobaran, Gunung Kidul serta bakti sosial penanaman pohon atau ‘Wono Kerti’ di Lereng Merapi dan di Gunung Kidul.
(ard)