Jakarta, CNN Indonesia -- Para ilmuwan di Inggris meminta pemimpin perusahaan di negara tersebut untuk membiarkan para karyawannya mengambil jatah tidur siang atau sore untuk membayar waktu tidur yang hilang di akhir pekan ini berkat perubahan jam.
Dengan waktu istirahat pendek di siang hari ini, risiko diabetes, masalah jantung dan depresi sebagai efek dari kurang tidur bisa diminimalisir.
Penelitian baru oleh Silentnight dan Universitas Leed menunjukan jika seperempat warga Inggris hanya punya 5 jam waktu tidur. Dengan adanya perubahan jam, kemungkinan orang hanya sempat tidur 4 jam di malam hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Hilangnya waktu 1 jam tidur sangat merugikan bagi individu yang memiliki kesulitan tidur. Jika kamu dari 25 persen warga negara ini yang hanya tidur kurang dari 5 jam, kehilangan satu jam itu membuat waktu itu sangat kurang,” terang psikolog dan penulis utama penelitian ini, Dr Nerina Ramlakhan.
Itu sebabnya ia pun langsung menyusulkan agar banyak pemimpin perusahaan memperbolehkan anak buahnya beristirahat sejenak di kantor.
“Istirahat pendek itu dapat membuat perubahaan besar!” tambahnya.
Dr Ramlakhan merekomendasi tidur antara jam 2 hingga 4 sore. Jika tidur lewat dari jam itu, malamnya justru akan susah tidur. Waktu tidur di atas itu juga ideal untuk mengambil keuntungan dari rasa lelah yang kerap dirasakan setelah makan siang.
“Hanya tidur terlelap dua puluh menit saja sudah membuat perubahan besar. Selain mendorong kreativitas dan kemampuan menyelesaikan masalah, secara ilmiah waktu istirahat ini menyeimbangkan sistem kekebalan,” terang Ramlakhan.
Dijelaskan jika waktu tidur siang ini akan menguntungkan perusahaan di masa mendatang. Tentu saja konsep ini kadang sulit diakomodasi mengingat kebutuhan tempat yang cukup luas bagi para karyawan itu beristirahat.
“Dengan menciptakan hari tidur siang nasional akan membantu para pekerja Inggris mengerjakan pekerjaan dengan bugar dan siap di lapangan kerja.”
(sys)