Pekerja Bidang Kreatif Perlu Waspadai Gangguan Bipolar

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Kamis, 30 Mar 2017 19:15 WIB
Gaya hidup modern bisa memicu gangguan bipolar. Psikiater Nova Riyanti Yusuf mengatakan mereka dengan profesi kreatif rentan terkena gangguan bipolar.
Mereka dengan profesi kreatif rentan terkena gangguan bipolar. (Thinkstock/Nastia11)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gaya hidup modern ternyata bisa memicu gangguan bipolar. Tidak hanya itu, sejumlah profesi tertentu ditengarai juga bisa menyuburkan gangguan mental tersebut.

Psikiater Nova Riyanti Yusuf mengatakan mereka yang punya profesi di bidang kreatif paling rentan terkena gangguan bipolar.

"Bidang kreatif ini contohnya pelukis, penulis, praktisi media digital, artis juga bisa, mereka ini rentan terkena gangguan bipolar," kata Nova saat ditemui usai sebuah seminar yang digelar dalam rangka memperingati Hari Gangguan Bipolar Sedunia di Jakarta Pusat, pada Kamis (30/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang yang mengalami gangguan bipolar, dalam satu waktu mereka akan mengalami episode atau fase manic (mania). Fase manic muncul di mana orang menjadi sangat aktif, ide banyak, kadang berbicara cepat, energi begitu besar. Bahkan ia bisa merasa tidak perlu tidur.

Nova berkata, saat fase manic, ide yang muncul di kepala ada banyak sehingga ia bisa produktif, kemudian merasakan kenikmatan. Apalagi, pekerja di bidang kreatif perlu kreativitas, ide dan waktu. Sehingga, menurut Nova, kadang orang perlu fase ini untuk terus bekerja.

"Saya khawatir orang membutuhkan manic-nya untuk terus bekerja, padahal dia tahu kalau energi yang berlebih itu sudah tidak wajar," katanya.

Pada fase manic, di satu sisi penderita gangguan bipolar bisa memanfaatkannya untuk terus bekerja. Namun ada pula yang tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya. Menurut Nova, hal ini disebabkan fokus yang terganggu dan konsentrasi yang kacau. Ibarat ada banyak makanan tapi tidak habis dimakan.

Deteksi gangguan bipolar ini bisa dimulai dengan peka dengan kondisi orang sekitar. Nova berkata masyarakat kadang melihat perubahan perilaku itu sebagai kewajaran. Kalau pun mereka mendeteksi ada perubahan perilaku, mereka tidak tahu itu apa.

Nova mengambil contoh kasus pelukis dari Yogyakarta yang bunuh diri beberapa tahun silam. Orang begitu mengagumi hasil karyanya tapi tidak tahu proses yang dilalui sang pelukis. Ternyata saat melukis itu, pelukis ada dalam fase manic. Keluarga melihat ada hal yang aneh tapi tidak begitu memperhatikan.

Nova menuturkan, selain dari orang lain, orang juga dapat mendeteksi sendiri lewat kondisi fisiknya. Badan lama-kelamaan tidak akan kuat jika terus diajak bekerja.

"Nanti itu yang menjadi alarm adalah badannya sendiri. Biasanya badan tidak akan kuat lama-lama (bekerja)," pungkasnya.

Diagnosis Tepat, Penderita Gangguan Bipolar Bisa Pulih

Bipolar adalah gangguan pada alam perasaan seseorang dalam episode waktu tertentu. Kepala Departemen Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dokter Anak Agung Ayu Agung Kusumawardhani menjelaskan ada empat episode mood atau alam perasaan penderita bipolar. Pertama depresi, di mana mood menurun, mulai menarik diri dari lingkungan, motorik melamban juga muncul rasa pesimis.

Kedua, manic atau mania. Ketiga, hipomania, di mana penderita merasa aktif tapi tarafnya masih di bawah manic. Keempat, campuran yakni penderita gangguan bipolar mengalami fase manic dan fase depresi secara bergantian dalam waktu cepat.

"Depresi bisa dua minggu berturut-turut, lalu manic satu minggu terus-menerus, bahkan tidak butuh tidur. Kalau mixed episode bisa campur dalam waktu dua minggu," jelas dokter Agung.

Gangguan bipolar bisa dikendalikan, menurut dokter Agung, dengan diagnosis tepat dan penanganan cepat. Penderita bisa pulih. Ia mengatakan, sebanyak 30-40 persen penderita gangguan bipolar sebelumnya mengalami salah diagnosis. Mereka didiagnosis menderita skizofrenia.

Dokter Agung mengambil contoh pasien yang ia tangani. Pasien sebelumnya didiagnosis skizofrenia sehingga ia dirawat di rumah sakit jiwa. Setelah dilakukan tes dan pemeriksaan, ternyata ia menderita gangguan bipolar.

Deteksi gangguan bipolar dapat dilakukan dengan Mood Disorder Questionare (MDQ). Kuesioner ini, kata dokter Agung, hasilnya akan diperiksa dokter atau psikiater sehingga bisa jadi saringan awal deteksi gangguan bipolar.

Selain itu, cara praktisnya dengan rumus tiga. Secara klinis ia mengalami depresi, tapi dalam riwayatnya ditemukan tiga atau lebih hal-hal seperti tiga atau lebih episode depresi berat. Kondisi tidak membaik walau sudah diterapi dengan tiga jenis obat antidepresan. Atau menjalani tiga profesi sekaligus. Bahkan, memiliki pacar tiga atau lebih secara bersamaan.

"Diagnosis benar, maka mereka bisa menjalani terapi yang tepat. Terapi bisa dilakukan dengan obat-obatan, psikoterapi dan juga dukungan dari orang sekitar. Kalau ini berjalan, maka penderita gangguan bipolar bisa mencapai taraf hidup optimal," tutur dokter Agung. (sys/sys)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER