Menpar: Saatnya Belajar Incorporated dari UNWTO

Advertorial | CNN Indonesia
Sabtu, 01 Apr 2017 13:15 WIB
Kamis (30/3/2017) lalu, digelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kemenpar di Hotel Borobudur, Jakarta.
Jakarta, CNN Indonesia -- Kamis (30/3/2017) lalu, digelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kemenpar di Hotel Borobudur, Jakarta. Dalam Rakornas tersebut, turut hadir Menko Luhut Binsar Pandjaitan. Menurut Menko Luhut, Menpar Arief Yahya selalu menghadirkan contoh sukses,dari negara lain, terutama untuk melangkah dan membuat keputusan penting.

Dalam Rakornas tersebut, dibahas mengenai sinergi yang harus dilakukan di bidang pariwisata."Indonesia Incorporated itu tidak bisa tidak! Kabupaten-kabupaten di Danau Toba itu tidak mungkin bisa jalan sendiri-sendiri. Harus sinergi, berkolaborasi, maju bersama, incorporated," ucap Menkomar Luhut Binsar Pandjaitan.

Salah satu destinasi yang dijadikan contoh oleh Menko Luhut, yakni Borobudur, Jawa Tengah. Wisata Candi itu, tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus terintegrasi dengan sempurna, antardaerah yang memiliki destinasi. Hal itu akan saling menguatkan, saling menaikkan value dalam bingkai "Indonesia Incorporated”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebentar lagi Badan Otorita Pariwisata Borobudur akan jadi! Maka Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar) harus terkoneksi baik dalam infrastruktur dasar maupun program kepariwisataannya. Ada Sangiran di Solo, ada Karimunjawa di laut Jawa, ada Jogjakarta, ada Dieng yang saling menguatkan destinasi dengan ikon Borobudur," papar Luhut.

Tidak ketinggalan, kunci sukses pengembangan destinasi itu dipaparkan dengan gamblang oleh Menpar Arief Yahya. Dengan belajar dari banyak sumber, Menpar berhasil menghasilkan satu rumus menjadi 3A. Atraksi, Akses, dan Amenitas.

"Benar, apa kata Pak Menko Luhut. Ketiga-tiganya harus kompak, ketiganya harus solid, speed, dan smart. Ketiganya harus incorporated, punya arah, dan tujuan yang sama (untuk) memajukan pariwisata," ungkap Arief Yahya.

Dari sisi Akses, Arief Yahya meyakini hasil kajian UNWTO bahwa "jembatan udara" itu berdampak signifikan dalam pariwsata di negara kepulauan seperti Indonesia. "Judulnya air connectivity and its impact on tourism. Ini bukan kajian baru, tetapi sudah dilaunching UNWTO sejak 2014," jelas Arief Yahya.

Pertama, harus ada deregulasi yang mendasar dalam penerbangan nasional. Permudah izin slot, dibuka lebih banyak bandara yang ada destinasi level dunia dibuat international airport, lengkapi seluruh fasilitas yang terkait dengan syarat menjadi bandara internasional, dan jangan dipersulit. "Tiga poin yang harus disentuh. Air Service Agreement, Airport Development, Multiple Brand Strategy for Legacy Carriers," kata Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya mencontohkan kerja sama bilateral dalam air service yang signifikan mendongkrak angka kunjungan wisatawan. Jepang dan USA tahun 1998, langsung berhasil menaikkan inbound tourism hingga 33% dan menanbah seats capacity 10%. Lalu Korea Selatan dan USA, juga berhasil menaikkan 26.2% tourism dan menambah kapasitas angkut hingga 26%.

Kedua, pembangunan airport, perluasan terminal, dan perpanjangan runway. Di Jepang sendiri, perpanjangan runway langsung menaikkan jumlah kunjungan turis hingga 50-60% dalam 2 tahun, pascapembangunan. "Ini bukan kata Arief Yahya, bukan kata saya, tapi data UNWTO yang berbicara tanpa kata-kata! Saya selalu menghindari subjektifitas dengan kata-kata, biarlah angka yang bicara," sebut Arief Yahya.

Ketiga, multiple brand strategy yang dia contohkan dari Singapore Airlines. SQ istilah populer maskapai penerbangan dari Singapura itu punya airlines  kelas menengah dan LCC (Low Cost Carrier), yakni Silk Air, Tiger, dan Scoot. SQ sendiri bermain di full service dan jarak jauh atau long haul, sedangkan Silk Air jarak menengah dan full service. "Mereka punya Tiger Air yang nerrow body dan Scoot Air yang wide body, dua-duanya LCC," ungkap Arief Yahya.

Jepang punya All Nippon Airway (full service), Air Japan (chartered airlines), ANA Wings (domestik), Air Do (LCC Domestik), Vanilla Air (LCC International). Thailand juga punya Thai Airlines untuk yang full service dan Thai Air, serta Nok Air yang sama-sama LCC.

"Semua benchmark itu sangat aktual dan diikuti banyak negara yang ingin sukses serupa. Ingat, mereka bisa begitu, karena mereka begitu! Mereka menemukan formulasi ini sudah melalui exercise yang panjang, proses jatuh bangun berdarah-darah. Kita jangan memulai dari yang babak belur, kita harus memulai dari ujung akhir," istilah Menpar Arief Yahya.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER