Jakarta, CNN Indonesia -- Guncangan pesawat yang disebabkan oleh perbedaan tekanan atau temperatur udara (turbulensi) diperkirakan akan lebih sering terjadi, setelah perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan belakangan ini.
Dilansir dari
Travelers Today pada Senin (10/4), hal tersebut disimpulkan dari penelitian para ilmuwan Universitas Reading Inggris.
Dalam penelitiannya, para ilmuwan menggunakan simulasi atmosfer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, diketahui bahwa atmosfer yang terpapar karbon monoksida dengan level tinggi akan membuat turbulensi ringan meningkat sebanyak 59 persen dan turbulensi berat meningkat sebanyak 75 persen.
Jadi, bersiaplah "terombang-ambing" di udara.
Tak hanya di udara, perubahan iklim juga akan membuat air laut naik dan badai terjadi lebih sering, sehingga berpengaruh terhadap aktivitas penerbangan, mulai dari tertundanya jadwal, sampai yang paling parah yaitu kecelakaan di udara.
Para ilmuwan mengatakan kalau penelitian itu dilakukan bukan untuk membuat takut pelaku penerbangan, namun untuk memulai penelitian lanjutan dalam rangka pengembangan teknologi demi pencegahan hal tersebut.
“Kami akan melanjutkan penelitian terkait hal ini. Kami akan meneliti lebih rinci mengenai kondisi atmosfer suatu kawasan dengan pengaruh besarnya pesawat,” kata Dr. Paul Williams, salah satu ilmuwan.
Ilmuwan juga mengatakan kalau penelitian ini dibuat agar pilot dapat mempelajari cara menanggulangi turbulensi di kawasan yang dilalui, sehingga kenyamanan dan keselamatan penumpang pesawat dapat lebih terjamin.
(ard)