Jakarta, CNN Indonesia -- Pilihan untuk pengobatan kanker payudara kini semakin bervariasi, mulai dari lumpektomi (operasi pengangkatan benjolan pada payudara) dan terapi radiasi luar ke seluruh payudara, lumpektomi dan brachytherapy (terapi radiasi dari dalam), mastektomi (pengangkatan seluruh bagian payudara) dan mastektomi dengan rekonstruksi payudara.
Penelitian dari pusat kanker MD Anderson di Universitas Texas mengidentifikasi sebanyak 105.211 wanita yang didiagnosa mengidap kanker payudara tahap awal di tahun 2000 dan 2011.
Dari wanita ini, mereka mempelajari komplikasi perawatan berbagai pengobatan itu dalam waktu 24 bulan. Dilakukan juga perbandingan tipe perawatan dan risiko komplikasinya.
Dari hasil penelitian, yang dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute, didapati jika wanita lebih memilih pengobatan kanker payudara dengan mastektomi dan rekonstruksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan ini diambil karena ketakutan kanker muncul lagi dan tingkat stres yang cukup tinggi setiap kali harus memonitor mamografi dari jaringan payudara yang tidak diangkat.
Padahal, penelitian ini juga menunjukkan jika wanita yang umurnya lebih muda memilih lumpektomi dengan penyinaran radiasi seluruh payudara memiliki 29,6 risiko berkomplikasi. Sedangkan dengan pilihan mastektomi plus rekonstruksi memiliki 54,3 persen risiko komplikasi.
Sedangkan pilihan lumpektomi dengan penyinaran radiasi seluruh payudara pada wanita yang lebih tua memiliki 37,6 risiko komplikasi. Sementara, pilihan mastektomi dan rekonstruksi memiliki risiko komplikasi hingga 66,1 persen.
Sementara mastektomi dan rekonstruksi dikenal sebagai perawatan kanker memakan biaya alias paling mahal. Biaya mastektomi untuk wanita yang lebih muda mencapai Rp299 juta dan Rp23 juta lebih mahal pada wanita lebih tua. Biaya lebih mahal ini biasanya untuk pengobatan komplikasi yang timbul.
Brachytherapy juga menghabiskan biaya yang tak kalah tinggi. Begitu juga, komplikasi perawatannya yang lebih tinggi dibanding dengan lumpektomi yang memakan dana lebih kecil dan risiko komplikasi lebih rendah dibanding pengobatan lainnya.
“Kami percaya penelitian ini dapat membantu merekam pembicaraan para pasien dengan para dokter mengenai pilihan pengobatan mulai dari lumpektomi hingga mastektomi,” ungkap Benjamin Smith, profesor di departemen onkologi radiasi di pusat kanker MD Anderson, Universitas Texas.
Ditambahkan oleh Smith jika mastektomi dengan rekonstruksi kadang memang menjadi pilihan perawatan terbaik bagi penderita kanker payudara individual. Namun, ada hal penting yang harus dimengerti oleh pasien adalah potensi komplikasinya yang cukup signifikan.
(sys)