Kesenian Reog Tengger Perkuat Atraksi Wisata di Bromo

adv | CNN Indonesia
Selasa, 16 Mei 2017 14:59 WIB
Keindahan Gunung Bromo terus memikat banyak wisatawan untuk bertandang.
Probolinggo, CNN Indonesia -- Keindahan Gunung Bromo terus memikat banyak wisatawan untuk bertandang. Maka berbagai fasilitas ditingkatkan demi kenyamanan wisatawan.

Tak hanya layanan akomodasi dan transportasinya saja, tetapi juga menghadirkan kesenian sebagai atraksi wisata budaya. Maka Pemda menghadirkan Reog Tengger sebagai atraksi wisata budaya andalan warga Probolinggo.

Koordinator Kelompok Sadar Wisata Lembaga Desa Wisata, Supriyanto mengatakan, Reog Tengger sempat mati suri. Namun dikarenakan adat di suku Tengger sangat kental, bukan hal yang sulit untuk membangkitkan kesenian ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keberadaan Reog sempat meredup.  Pada tahun 2011, Kelompok Sadar Wisata Lembaga Desa Wisata dibentuk di Desa Jetak. Selain itu, kelompok-kelompok serupa di tiap desa juga dibentuk.

Hasilnya tiap desa memiliki komunitas budaya sendiri. Tak hanya kesenian reog, ada juga kesenian tari jaranan dan tarian lainnya.

Hingga kini Reog Tengger terus dikenalkan melalui berbagai acara. Misalnya masyarakat sekitar yang menjadikan Reog Tengger sebagai hiburan di acara khitanan. Pelestarian Reog Tengger juga dilakukan lewat pelatihan pada siswa SD, khususnya di Desa Jetak.

Lalu pada perayaan Kasada di Juli mendatang, Reog Tengger dipastikan akan memeriahkan acara. Pagelaran seni akan dilaksanakan di Gunung Bromo. 

“Dengan demikian eksistensi Reog Tengger akan semakin terlihat. Bahkan sudah banyak generasi muda yang tergabung di tiap kelompok yang ada di desa,” ucap Supriyanto.

Ia menambahkan, Reog Tengger sangat berpotensi sebagai wisata budaya. “Tujuan awal membangkitkan kesenian reog ini untuk menyambut tamu atau wisatawan serta mempertahankan kesenian yang sudah ada secara turun-temurun,” paparnya.

Camat Sukapura Yulius Christian mengungkapkan, tiap desa di Sukapura memiliki kelompok kesenian yang di dalamnya ada Reog Tengger. Maka pihaknya berencana mengadakan Festival Reog Tengger dengan mengundang pesertanya dari tiap desa di Kecamatan Sukapura. 

“Ini bagian dari cara untuk terus mengembangkan Reog Tengger karena kesenian ini berpotensi jadi wisata budaya. Selama ini wisatawan yang berkunjung ke Bromo hanya menikmati alamnya. Padahal banyak wisata budaya yang bagus di Tengger,” kata Yulius.

Reog Tengger yakni kesenian yang mengacu pada Reog Ponorogo. Atribut dan alat kesenian yang digunakan pada Reog Tengger mirip dengan reog Ponorogo. Misalnya dadap atau bulu merak, topeng gonongan, dan caplokan.

Alat musiknya pun serupa, yakni menggunakan gendang, gong, saron, kenong, angklung, selendro (gamelang komplit), dan alat orkes.

Dari segi cerita juga serupa, yakni mengenai pertarungan Singobarong dengan Kelanaswandana memperebut Dewi Songgolangit, putri Kerajaan Kediri yang terkenal cantik. Kelanaswandana akhirnya menikahi Dewi Songgolangit.

Perbedaan antara Reog Tengger dan Reog Ponorogo menyesuaikan dengan kondisi daerah, adat, dan kesukaan warga setempat.

“Alat orkes ini merupakan inovasi kami. Mengingat pada era modern ini kesenian juga harus berkembang. Sementara warga Tengger banyak yang suka lagu campur sari sehingga alat orkes tersebut digunakan untuk lagu campur sari,” ujar Yulius.

Selain itu, perbedaan juga terlihat di letak kekuatannya. Reog Ponorogo dari olah kanuragan, sedangkan reog Tengger khusus untuk kalap/kesurupan. Reog Ponorogo harus dipelajari dan dilatih khusus, sedangkan Reog Tengger relatif bisa dilakukan oleh siapapun.

Waktu permainannya tergantung dari yang mengundang. Normalnya, 1,5 jam tanpa adegan kalap (trans/kesurupan).  Jika menggunakan kalap,maka bisa 2 jam.

Sebelum pentas Reog Tengger, ada beberapa ritual yang harus dilakukan. Antara lain dengan menyiapkan ubo rampe dengan isi atau sesaji beragam. Ada gedang ayu, rokok kinangan komplet (jambe, daun siri, kembang telon), jenang wonco (jenang lima warna, yaitu putih, merah, hijau, kuning, dan hitam).

Lalu, sego gulung (tujuh nasi kepel yang tengahnya diisi telur Jawa). Kemudian, wedang kopi pahit dan air putih, kembang setaman, pituan (kelapa, beras, dan 5 biji telur mentah), dan janur tujuh sisir.

Di lain kesempatan, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengungkapkan bahwa kunci agar  suat destinasi wisata kuat yakni melalui 3A (atraksi, akses, dan amenitas).

"Reog ini masuk dalam kategori atraksi berbasis budaya. Atraksi inilah salah satu yang menjadi daya pikat orang untuk datang ke destinasi itu," jelasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER