Banda Aceh, CNN Indonesia -- Ribuan warga berbondong-bondong memadati pelataran Masjid Raya Baiturrahman, Aceh, Jumat petang (26/5). Masyarakat berkumpul di pelataran masjid untuk melaksanakan salat tarawih perdana di bulan Ramadan 1438 Hijriah.
Masjid yang terletak di jantung Kota Banda Aceh itu kini telah berubah rupa laksana Masjid Nabawi di Madina, Arab Saudi. Sebanyak 12 payung eletrik raksasa menghiasi pelataran masjid bersepuh pualam putih.
Antusiasme warga menyambut bulan suci tak terbendung ketika rumah ibadah berkapasitas 24 ribu orang itu tak mampu menampung jamaah yang membeludak. Ketika azan Isya berkumandang, antrian wudhu di sisi selatan masih mengular sementara lahan untuk salat sudah dijejali jamaah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khatib Daud Pakeh dalam ceramahnya mengatakan, keberadaan Masjid Raya Baiturrahman telah menjadi simbol pemersatu masyarakat Aceh. Masjid yang baru bersolek itu, kata dia, juga menjadi kebanggaan warga karena menawarkan keindahaan dari segi wisata religi.
"Tapi jangan hanya terlena dengan keindahan, kita semua harus tetap mengisi masjid dan memakmurkannya," kata Daud Pakeh.
Masjid di 'Serambi Mekkah' itu baru saja rampung direnovasi dan diresmikan Sabtu pekan lalu (13/5). Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam peresmiannya menyebut Masjid Baiturrahman sebagai ikon masjid di Indonesia dengan sejarah panjang yang melatarinya.
 Warga menuju Masjid Raya Baiturahman, Banda Aceh,Jumat, 26 Mei 2017, untuk melakukan tarawih pertama. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Payung-payung raksasa elektrik kini menjadi elemen bangunan paling mencolok di pelataran masjid. Payung dengan tiang penyangga setinggi 20 dan lebar payung sekitar 14 meter itu tersebar mengelilingi bangunan masjid yang berdiri di areal seluas empat hektare.
Payung elektrik itu berfungsi sebagai peneduh terik mentari sekaligus penadah hujan guna melindungi para jamaah yang beribadah di pelataran masjid. Detik-detik mengembang dan menguncupnya payung raksasa itu menjadi atraksi menarik yang dinantikan jamaah.
Salat tarawih malam itu diimami oleh Syeikh Abdelrahman Eldesouky Taha Radwan dari Mesir. Ribuan jamaah yang berada di Masjid Raya Baiturrahman beribadah dengan khidmat.
Perasaan khusyuk terpatri di kalbu ketika
CNNIndonesia.com ikut beribadah tarawih di Baiturrahman. Pengalaman itu cukup membekas dan salat maraton 23 rakaat pun menjadi tak terasa memakan waktu.
Jamaah beribadah dengan tertib tanpa kegaduhan sedikitpun. Pada beberapa momen, keheningan tercipta dan suara burung-burung gelatik sayup-sayup mengudara tertiup angin, entah dari mana datangnya.
Suasana sakral itu bertahan hingga tarawih usai. Setelah doa penutup terpanjat, lautan manusia kembali meluber memenuhi ruas jalanan di sekitar kawasan masjid, sementara sisanya memilih bertahan di pelataran untuk sekadar berbincang dan mengabadikan diri di masjid bersejarah itu.
 Perasaan khusyuk terpatri di kalbu ketika CNNIndonesia.com ikut beribadah tarawih di Masjid Raya Baiturrahman. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Masjid Raya Baiturrahman mulai menjadi perhatian dunia ketika bencana tsunami menerjang Tanah Rencong 26 Desember 2004 silam. Masjid itu tetap kokoh berdiri ketika ombak tsunami meluluhlantakkan Aceh.
Masjid raya itu telah melewati sejarah panjang sejak didirikan pada 1612. Kini, selain menjadi situs wisata religi, Masjid Raya Baiturrahman tetap berdiri tegap dan megah sebagai simbol agama, budaya, dan semangat perjuangan masyarakat Aceh.
(gil)