Jakarta, CNN Indonesia -- Desa tradisional Bergün yang terletak di kaki pegunungan Albula di Swiss, sudah tersohor akan keindahannya. Tidak heran jika desa tersebut sudah sejak 1952 silam menjadi lokasi pengambilan gambar film favorit para sineas Swiss.
Dikutip dari
MySwitzerland.com, Desa Bergün selalu dikunjungi wisatawan baik di musim panas maupun musim dingin.
Di musim panas, para turis bisa naik kereta api yang membelah pegunungan Albula lengkap dengan terowongan menembus gunung dan jembatannya yang masih tradisional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di desa tersebut juga terdapat museum kereta api yang menyimpan banyak koleksi kereta Eropa, yang tentunya wajib dikunjungi para pecinta moda transportasi tersebut.
Sementara di musim dingin, wisatawan bisa menikmati hamparan salju putih di atas kereta salju atau berseluncur di Surava
skateline sepanjang 3 kilometer dari atas pegunungan.
Desa tersebut juga memiliki taman nasional Ela yang indah, yang tentu saja terbuka untuk umum baik di musim panas maupun musim dingin.
Namun, pekan ini pemerintah desa Bergün membuat kebijakan baru yang membuat para turis mengernyitkan dahi. Para turis tidak boleh lagi mengambil foto seluruh objek yang menjadi bagian dari desa tersebut dengan alasan apapun.
 Di musim dingin, wisatawan bisa menikmati hamparan salju putih di atas kereta salju atau berseluncur di Surava skateline sepanjang 3 kilometer dari atas pegunungan. (Thinkstock/VogelSP) |
Peter Nicolay, Walikota Bergün mengaku sudah menginstruksikan seluruh warga desanya untuk mengutip denda sebesar US$5,62 atau sekitar Rp75 ribu jika menemukan turis yang nekat mengambil foto.
"Tujuan dari larangan tersebut adalah agar wisatawan bisa datang ke desa kami dan merasakan sendiri keindahan Bergün tidak melalui foto," kata Nicolay, dikutip dari
Travel and Leisure, Jumat (2/6).
Menurut Nicolay, aksi para wisatawan yang berbagi foto keindahan Bergün di media sosial justru membuat sedih orang lain yang belum sempat datang berlibur ke desanya.
"Sudah terbukti secara ilmiah, bahwa foto liburan yang diunggah di media sosial akan membuat orang yang melihatnya tidak bahagia karena mereka tidak melihatnya langsung," kilah Nicolay.
Kebijakan pemerintah desa tersebut sontak mendapat respons negatif di akun Facebook resmi Desa Bergün.
Namun, Marc-Andrea Barandun, Direktur Pariwisata Desa Bergün bergeming dengan keputusan yang diambil oleh pemerintah desanya. Ia bahkan menilai kebijakan tersebut sebagai promosi terselubung yang cerdas dilakukan pemerintah desa.
"Tujuan akhirnya adalah agar semua orang membicarakan Bergün, dan akhirnya berkunjung kesana," kata Barandun.