Jakarta, CNN Indonesia --
Agenda Bimbingan Teknis (Bimtek) Sinkronisasi Promosi Pariwisata Pasar Asia Tenggara oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Solo membuahkan hasil. Forum Solo Raya dibentuk guna membahas pengembangan pariwisata Solo Raya secara intensif.
"Kami bersyukur pasca acara ini akan segera terbentuk Forum Solo Raya yang anggotanya terdiri dari anggota DPR, pemerintah kota dan pemerintah kabupaten, komunitas, serta pelaku pariwisata yang ada di Solo," ujar Deputi Pemasaran Mancanegara, I Gde Pitana.
Forum ini akan menyatukan visi dan misi serta pemahaman mitra tentang kegiatan promosi luar negeri, terutama Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bimtek yang digelar Rabu (31/5/2017) hingga Kamis (1/6/2017) turut dihadiri Anggota DPR RI Komisi X Laila Istiana. Ia menjelaskan, promosi destinasi di berbagai media sangat penting, terutama promosi di media sosial.
“Yang terpenting dari upaya promosi adalah penyiapan destinasi. Jangan sampai wisatawan hanya belanja saja karena tidak tahu destinasi lain di Solo Raya dan akses jalan harus diperbaiki. Jangan lupa pastikan untuk ajak wisatawan posting selama kunjungan di sosmed mereka masing-masing,” katanya.
Ia pun menambahkan, pemahaman
stakeholder tentang kegiatan promosi pariwisata ke luar negeri menjadi salah satu faktor kunci kesuksesan.
“Potensi Solo Raya itu banyak sekali seperti kuliner, batik, wisata alam, dan sangiran. Agar kita berjalan berirama tidak ada salahnya para pelaku wisata,
stakeholder dikumpulkan untuk membahas promosi yang berkelanjutan, seperti acara hari ini dan rencana lahirnya Forum Solo Raya," paparnya.
Bimtek ini bertujuan untuk memberikan perspektif dan arah yang sama tentang program promosi pariwisata Indonesia di wilayah Asia Tenggara yang melibatkan sinkronisasi dari berbagai lembaga yang ada di Jawa Tengah.
"Juga untuk memahami mekanisme promosi pariwisata Indonesia melalui media sosial, meningkatkan efektivitas partisipasi dinas pariwisata pada penyelenggaraan
event di Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara dan memahami pengembangan destinasi dan atraksi yang layak jual di pasar Asia Tenggara," tambahnya.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Karanganyar, Titis Sri Jawoto mengatakan, pentingnya kegiatan
familiarization trip demi mengundang
travel agent atau
tour operator secara langsung.
Mereka bisa menikmati destinasi alam, kuliner, dan budaya. Sehingga bisa membuat paket-paket menarik yang nantinya ditawarkan di negaranya.
Titis berharap, Kemenpar dapat memfasilitasi
familiarization trip antara Bangkok-Solo.
“Mari kita undang biro-biro perjalanan Thailand untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan Solo Raya. Singkatnya, biro perjalanan Solo Raya ini akan ‘dinikahkan’ dengan Biro Perjalanan Thailand, untuk menangkap peluang jangka pendek,” terangnya.
Pemilik Museum Atsiri, Paulus Mintarga menilai budaya di Solo Raya merupakan satu aset yang penting. Sehingga harus dikemas dengan promosi melalui slogan yang memiliki konten.
“Konten promosi Solo Raya perlu mengangkat keanekaragaman produk daerah masing-masing, sekaligus pastikan pelaku industri pariwisata bersinergi dan diajak untuk berpikir lebih detail,” katanya.
Pegiat Solo Creative City Network (SCCN) Irfan Sutikno juga menjelaskan, jika pariwisata Solo Raya ingin berkembang, harus dilakukan langkah riil dalam penyiapan promosinya. Serta perlu melakukan spesifikasi terutama dengan mengangkat keunikan dari Kota Solo.
“Jelajah nusantara sangat mungkin dilakukan dengan meniru jelajah Jogja-Solo-Semarang. Tujuannya memperkenalkan ‘Joglosemar: The Wonderland of Java’. Saya yakin, destinasi ini sangat layak kemas untuk menarik kunjungan wisatawan,” tukasnya.
Salah satu peserta Bimtek, Alfonsus Aditya dari triponyo.com memaparkan, ada dua hal yang perlu dikembangkan. Pertama, pariwisata Indonesia kekurangan inovasi, contohnya dengan inovasi menjual kekampungan Jawa. Warga tidak perlu malu mengenalkan kampung Jawa.
Kedua, jangan seragamkan pariwisata secara homogen karena ujungnya tidak akan memiliki nilai jual. Pelaku pariwisata harus bisa beradaptasi dengan perbedaan.
“Terlampau banyak hal menarik di Solo yang belum tergarap. Jika ada yang mengatakan hal kampungan tidak bisa dijual, salah! Kampunga itu memiliki nilai yang tinggi. Pariwisata bukan hanya sekali jalan, bagaimana menumbuhkan bisnis yang
sustainable dan ber-
impact pada masyarakat,” tegasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya turut angkat bicara. Menurutnya, Solo sudah memiliki 3A (atraksi akses, dan amenitas). Hotel, restoran, kafe, mal,
convention center hingga,
exhibition termasuk dalam amenitas yang harus disiapkan untuk semua level.
Bimtek ini dihadiri oleh instansi/dinas pariwisata di Kabupaten Karanganyar dan Kota Surakarta pada Provinsi Jawa Tengah, Kemenpar, asosiasi PHRI, ASITA Provinsi Jawa Tengah, industri pariwisata Jawa Tengah, dan perwakilan dari beberapa komunitas.