PESONA BALI

Suasana Ramadan yang Dirindukan di Pulau Dewata

Aghniya Khoiri | CNN Indonesia
Sabtu, 03 Jun 2017 16:47 WIB
Nasi Pedas sampai Ayam Betutu jadi menu berbuka puasa sebagian besar Muslim di Bali. Apa pun menunya, minumnya tetap Teh Daun Pekalongan.
Warga sedang menikmati waktu berbuka puasa di Musola Nurul Iman, Denpasar Selatan, Bali. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Denpasar, CNN Indonesia -- Di tengah mayoritas masyarakat yang menganut agama Hindu di Bali, ada juga beberapa daerah yang masyarakatnya menganut agama Islam. Sebagai minoritas, tentu saja suasana Ramadan di Pulau Dewata terasa berbeda.

Penjaja menu berbuka puasa yang bisa dengan banyak ditemui di Jakarta lebih jarang ditemui di Bali. Mereka baru banyak terlihat di sekitar pemukiman Muslim.


Salah satunya di Desa Gelogor Carik, Denpasar Selatan. Menjelang waktu buka puasa, penampakan bubur kacang hijau, kolak, gorengan, hingga lauk pauk dapat dengan mudah ditemukan di daerah ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka berjualan di pinggir jalan, sehingga lalu lintas sekitarnya jadi sedikit terhambat. Meski demikian, warga sekitar tampak menikmati kerumunan sore itu.

Teh Daun Pekalongan, Obat Rindu Ramadan di Pulau DewataPenjual menu berbuka puasa di Desa Gelogor Carik. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Ada yang mengerubungi penjaja makanan dan ada yang menghabiskan waktu dengan memancing di tepi kali Taman Pancing.

Tak jauh dari sana, terdapat sebuah musola yang juga terlihat ramai.

Sama seperti di Jakarta, setiap tahunnya, musola itu selalu menggelar acara buka bersama untuk para musafir.

Menurut pengurus Musola Nurul Iman itu, Muklis, menu makanan disumbangkan oleh warga Desa Gelogor Carik secara bergilir. Untuk mempererat silahturahmi, katanya.


"Jadi setiap hari kami menyediakan 50 porsi, yang merupakan sumbangan dari enam orang warga. Porsi itu dibagi dua, untuk berbuka dan sahur," ujar Muklis.

“Menunya tak jauh berbeda, hanya saja karena ini di Bali, maka ada Nasi Pedas dan Ayam Betutu,” lanjutnya.

Apa pun menunya, yang paling membuat kangen setiap tahunnya, dikatakan Muklis, adalah Teh Daun khas Pekalongan.

Minuman hangat itu menjadi obat rindu para warga yang sebagian besar merupakan pendatang dari Kota Batik itu.

Teh Daun Pekalongan, Obat Rindu Ramadan di Pulau DewataWarga bergantian memasak menu berbuka puasa di Musola Nurul Iman. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

“Pastinya kami rindu dan ingin berpuasa di kampung halaman. Tapi di sini, karena banyak yang sama-sama pendatang, suasana kekeluargaan jadi lebih terasa,” ujar Muklis.

Selain buka bersama di musola, warga Desa Gelogor Carik pun juga kerap mengadakan Megibung (makan bersama di atas daun pisang).


Kegiatan itu merupakan tradisi turun menurun Muslim di Bali, dengan makan bersama sembari berbincang, dalam posisi duduk melingkar.

Namun, tradisi itu baru akan dilakukan pada hari ke-10, 20, dan 30 di bulan Ramadan. 

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER