Kotak Musik Raksasa Diciptakan untuk Penderita Autisme

Syanne Susita | CNN Indonesia
Senin, 05 Jun 2017 08:55 WIB
Kamil Laszuk menciptakan kotak musik raksasa yang terdiri dari drum kayu yang dianggap dapat membantu anak-anak dengan autisme dan sindrom Asperger.
Kotak musik raksasa yang terdiri dari drum kayu diciptakan untuk membantu anak dengan autisme. (Pixabay/musikschule)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang musisi dari Polandia telah menciptakan instrumen interaktif yang unik yang ia anggap dapat membantu mengedukasi anak dan memandu pertumbuhannya melalui alat ciptaannya itu.

Seperti yang dilansir Reuters, Kamil Laszuk telah menciptakan kotak musik berukuran raksasa, lengkap dengan drum dan xylophones yang bisa berputar.

Kotak musik ini diberi nama The Musicon yang terbuat dari kayu dimana drum yang dapat berputar itu juga bisa diganti dengan beberapa instrumen musik yang lebih kecil.

Anak-anak dapat membunyi sebuah not atau nada dengan mengganti pasak dalam lubang yang ada di permukaan drum kayu yang berputar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan cara seperti ini, anak pun diajar untuk memainkan melodi yang ia inginkan.

“Musicon tidak hanya tentang musik tetapi juga ini merupakan alat untuk belajar dan membantu pertumbuhan anak,” terang Laszuk yang menciptakan alat ini bersama beberapa teman terdekatnya.

Ditambahkan juga jika di dalam drum ini terdapat sebuah program yang berkaitan dengan perkembangan anak dalam belajar, bagaimana anak berinteraksi dalam sebuah tim serta mengasah keahlian manual anak.

“Sebagai hadiahnya adalah musik yang mereka ciptakan sendiri,” tambah Laszuk.

Laszuk mengerjakan instrumen ini untuk sebuah proyek pada saat ia kuliah jurusan desain industri di Academy of Fine Arts, Warsaw. Mendapat sambutan positif terhadap hasil ciptaannya itu, orang tua Laszuk rela menjual rumah mereka untuk mendanai proyek anaknya itu.

Yayasan Synapsis di Warsaw yang membantu anak-anak dengan autisme dan sindrom Asperger, menganggap instrumen ini dapat dinikmati oleh anak-anak yang menderita kondisi-kondisi khusus ini.

“Sangat penting untuk memastikan tidak ada kemungkinan untuk gagal sehingga anak-anak ini bebas bereksperimen dengan cara mereka sendiri,” ujar psikolog Joanna Burgiell.

Instrumen ini sendiri masih dalam bentuk prototipe dan akan masuk dalam tahap produksi masal di akhir tahun 2017 (sys/sys)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER