Jakarta, CNN Indonesia -- Menpar Arief Yahya di mana-mana selalu menyebut factor CEO Commitment atau keseriusan kepala daerah dalam memprioritaskan pembangan pariwisata itu paling penting. Bahkan bila dibobot, persentasenya mencapai 50%.
“Kalau bupati, wali kota dan gubernurnya
commited, maka pariwisata akan cepat maju,” ujar Arief dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (10/6/2017).
Dia mencontohkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang serius menjadikan wilayahnya sebagai destinasi wisata. Saat ini ekonomi masyarakat Banyuwangi banyak ditopang sebagai destinasi wisata. Begitu juga Bupati Belitung, Sahani Saleh, yang sangat getol menjaga wilayahnya sebagai destinasi wisata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kota Batu, rupanya juga serius memformat kotanya menjadi destinasi wisata andalan di Jatim. Sampai-sampai, Alun-Alun Kota Wisata Batu (KWB) pun menjadi salah satu tempat favorit saat ngabuburit di bulan puasa ini.
Terbukti sampai Kamis (8/6) ratusan pengunjung masih memadati tempat popular itu. Sepertinya tak berbeda dengan hari-hari di luar bulan Ramadan.
Pasti, hal ini juga ada tangan-tangan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko, yang serius menggarap daerahnya sebagai destinasi wisata. Lokasi alun-alun itu strategis, ditambah suasana kota yang sejuk yang menjadikan kawasan itu menjadi titik kumpul para wisatawan.
Bagi para wisatawan yang ingin berbuka, mereka bisa langsung menuju pusat kuliner yang berjejer sepanjang Jalan Sudiro, Jalan Munif, atau Jalan Kartini. Mereka juga bisa menjalani salat Magrib lebih dulu di Masjid Agung An-Nur di Jalan Gajah Mada, yang letaknya berseberangan dengan alun-alun.
Aprilia Dzahabi, warga Singosari, Kabupaten Malang sengaja datang ke Alun-alun Batu untuk ngabuburit bersama temannya. Dia menerangkan, suasana salah satu ikon Kota Batu ini sejuk dan memiliki banyak tempat santai.
“Di sini (alun-alun) sejuk. Jadi cocok untuk nunggu buka puasa (ngabuburit). Tapi yang paling seru waktu naik bianglala,” kata dia di sela-sela menikmati wahana bianglala Alun-alun Batu.
Hal senada juga disampaikan Ali Quraisi, wisatawan asal Kalimantan. Dia menyatakan, suasana sejuk di alun-alun membuatnya betah dan tubuhnya menjadi lebih
fresh meski sedang berpuasa.
”Meski muter-muter (di alun-alun), rasa lelahnya tidak terasa karena hawanya yang sejuk,” ucapnya.
Tak jauh berbeda dengan Syahrul, pemuda asal Surabaya ini juga menikmati betul suasana puasa di Kota Batu.
“Saya sebenarnya sedang ada
meeting di Kota Malang selama dua hari. Tapi saya sempatkan naik ke Batu, ternyata memang terasa enak di sini. Waktu berbuka puasa juga tidak sulit mencari makanan berbuka. Karena kulinernya lengkap di sini. Demikian pula untuk salat Magrib, sudah dekat dengan masjid,’’ katanya.
Sementara itu, petugas bianglala Alun-Alun Kota Batu menyatakan, jumlah pengunjung diperkirakan akan meningkat setelah 10 hari puasa. Bahkan, kenaikan itu bisa mencapai dua kali lipat.
“Awal puasa rata-rata 50-an orang per hari. Tapi sekarang bisa dua kali lipat,” terang pria yang bekerja di bianglala sejak 2011 ini.
Setelah salat tarawih pengunjung juga mulai berdatangan ke alun-alun. Sebagian besar pengunjung ini dari warga Batu.
“Kalau wisatawan sedikit. Biasanya orang pulang dari masjid (salat tarawih),” ungkapnya.
Sedangkan selama waktu salat tarawih berlangsung, lanjutnya, wahana di alun-alun tidak beroperasi sementara. Wahana dibuka kembali setelah salat tarawih. Sehingga, semua wahana disterilkan dari pengunjung.
“Kami ingin menghormati warga yang beribadah di bulan puasa,” ujarnya.