Wisman Singapura dan Malaysia Nikmati Ramadan di Batam

adv | CNN Indonesia
Kamis, 15 Jun 2017 13:11 WIB
Wisata religi juga berpotensi besar untuk mendatangkan wisatawan.
Batam, CNN Indonesia -- Wisata religi juga berpotensi besar untuk mendatangkan wisatawan. Hal itu terlihat dari Kenduri Ramadan di Batam. Acara itu banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara (wisman) asal Singapura dan Malaysia.

“Itu acaranya sebulan penuh. Setiap tahun selalu saja ada wisman asal Singapura dan Malaysia yang datang ke Batam,” ungkap Ketua Ketua Panitia Wisata Religi, Muhlis bin Machin dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/6/2017).

“Mereka (wisman Singapura dan Malaysia) ke Batam mencari aktivitas rohani. Di Singapura azan tidak boleh pakai pengeras suara. Sementara di Batam mereka bisa sepuasnya mendengarkan azan dengan pengeras suara,” tambah Mukhlis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, wiswan Melayu asal Singapura dan Malaysia, biasanya lebih merasa nyaman untuk bersedekah ke Batam. Sumbangan berupa hewan kurban bisa lebih banyak. Di Batam, mereka juga bisa berinteraksi langsung dengan masyarakatnya yang terkenal ramah.

”Alasan lainnya ya itu tadi. Dengan harga yang sama, mereka bisa membeli hewan kurban dua kali lebih banyak dibanding bila mereka membeli di negaranya. Mereka lebih enjoy begitu. Apalagi setelah wisata religi mereka bisa berwisata belanja. Harga di Batam juga jauh lebih murah dari Singapura dan Malaysia,” tambahnya.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti dan Kabid Wisata Budaya Kemenpar Wawan Gunawan setuju akan hal itu. Menurut Esthy, tren perjalanan wisata saat Ramadan telah banyak berubah.

Dahulu, trennya hanya sekadar mencari udara segar atau menikmati indahnya alam baik pegunungan maupun wisata pantai. Kini tren itu bergeser menjadi mencari ketenangan diri.

“Wisata religi sangat identik dengan wisata berbasis keyakinan. Di dalamnya ada wisata ziarah dan halal yang sekarang dikenal dengan Family Friendly Tourism. Wisata religi merupakan bagian dari wisata budaya,” kata Esthy.

Dalam pandangannya, telah terjadi pergeseran tren kepariwisataan dari ‘sun, sand, and sea’ menjadi ‘serenity, sustainability, and spirituality’.

“United Nations World Tourism Organization (UNWTO) memperkirakan sekitar 330 juta wisatawan atau 30% dari keseluruhan wisatawan global akan berbondong-bondong ke situs-situs religius di seluruh dunia. Kunjungan itu ada yang berdasar pada motif spiritual ataupun kognitif,” ungkapnya.

Menpar Arief Yahya juga ikut merespons aktivitas wisata religi di wilayah crossborder. Dia mengatakan, terjadinya peningkatan tren wisata religi saat ini karena setiap orang ingin memenuhi kebutuhan rohaniah mereka.

“Dalam setiap tubuh manusia ada roh dan jiwa. Roh ini yang harus diisi salah satunya dengan mendatangi tempat-tempat yang menurut mereka suci. Saat kehidupan mereka telah mapan, maka akan semakin mengarah ke spiritualitas,” jelasnya.

Oleh karena itu, rumus 3A yang terdiri dari akses, atraksi, dan amenitas harus diperkuat agar wisata religi mampu menyedot wisatawan dari Asia Tenggara, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura.

Atraksi di tempat wisata religi juga harus variatif sehingga wisatawan bisa betah saat berkunjung. Sementara Aksesibilitas menyangkut infrastruktur ke lokasi harus baik terutama untuk wisatawan yang sudah berusia lanjut.  Lalu, Amenitas atau fasilitas juga perlu diperhatikan menyangkut ketersediaan akomodasi di sekitar lokasi.

“Langkah terakhir  yakni promosi oleh semua pelaku pariwisata. Elemen-elemen tersebut akan mampu memberi kontribusi untuk mencapai target wisatawan mancanegara,” kata Arief. 
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER