Sepuluh Persen Remaja Dunia Memiliki Kebiasaan Buruk Merokok

Syanne Susita | CNN Indonesia
Minggu, 18 Jun 2017 16:10 WIB
Sebuah survei globel menyebutkan sekitar 11 persen remaja usia 13 hingga 15 tahun di seluruh dunia menggunakan produk tembakau seperti rokok dan cerutu.
Timor-Leste tercatat sebagai negara tertinggi untuk kriteria remaja perokok. (REUTERS/Srdjan Zivulovic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah survei globel menyebutkan sekitar 11 persen remaja usia 13 hingga 15 tahun di seluruh dunia menggunakan produk tembakau seperti rokok dan cerutu. Dalam catatan peneliti di laporan penggunaan tembakau remaja dari U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC), perokok memulai kebiasaannya sejak menginjak usia remaja.

Seperti dilansir Reuter, dalam penelitian yang terbaru, para peneliti mengolah data dari survei remaja dari 61 negara dari 2012 hingga 2015 dan mendapati sebagian dari negara-negara ini ini memiliki angka rata-rata 15 persen untuk perokok remaja putra dan sedikitnya delapan persen perokok remaja putri.

“Merokok telah terbukti membahayakan hampir setiap organ tubuh dan penelitian ilmiah menunjukkan perokok dewasa mulai merokok saat mereka menginjak masa remaja,” ujar penulis utama makalah Rene Arrazola dari Kantor Kesehatan dan Merokok di CDC.

“Remaja mulai merokok di awal masa remaja mereka memiliki kecenderungan untuk mengalami ketagihan nikotin dalam jangka panjang dibanding perokok yang mulai merokok pada saat mereka dewasa. Itu sebabnya, usaha untuk mencegah anak muda menggunakan tembakau sangat penting agar mencegah generasi perokok dewasa meninggal atau menderita penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan mereka merokok,” terang Arrazola melalui email.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari negara-negara yang masuk dalam penelitian, angka terendah remaja merokok (sekitar 1,7 persen) berada pada remaja Sri Lanka. Sedangkan angka tertinggi ada, sebanyak 35 persen, ada di Timor-Leste.

Angka rata-rata terendah untuk remaja putra perokok ada pada remaja di Tajikistan, sekitar 2,9 persen dan tertinggi 61,4 persen di Timor-Leste. Untuk remaja putri, angka terendah juga ada di Tajikistan sekitar 1,6 persen dan tertinggi di Bulgaria, 29 persen.

Di mayoritas negara-negara ini, dalam penelitian disebutkan, setengah dari para perokok tembakau ini mengungkapkan keinginannya untuk berhenti. Proporsi anak sekolah yang merokok berkeinginan untuk berhenti yang terendah berada di Uruguai sekitar 32 persen, dan di Filipina 90 persen.

Penulis menyebutkan jika batasan dari penelitian ini adalah remaja yang dapat mengingat dan melaporkan kebiasaan merokok mereka secara akurat. Remaja yang dimasukkan dalam penelitian ini juga hanya mereka yang terdaftar dalam satu sekolah, yang bisa saja tidak sepenuhnya mewakili perilaku merokok 61 negara ini.

“Saya sangat terkejut jika negara-negara ini berada di angka 10 hingga 20 persen. Saya mengira angkanya akan lebih tinggi, tetapi mereka mirip atau sedikit lebih tinggi dari perilaku remaja di AS yang berada di kisaran 10 hingga 15 persen,” ujar Dr. Maher Karam-Hage, direktur rekan medis program perawan tembakau di MD Anderson Cancer Center di Houston, Texas.

Berbagai kebijaksanaan negara juga, dianggap Karam-Hage yang diwawancara melalui email, dapat mempengaruhi perilaku para remaja ini merokok dan sayangnya ukuran penilaian seperti itu tidak masukkan dalam penelitian ini.

“Nilai budaya dan norma-norma yang ada di tiap negara sangat penting, diikuti dengan faktor ekonomi seperti harga dan pajak, pembatasan umur dan juga kebijaksanaan seperti apakah mereka memiliki kebijaksanaan untuk memiliki udara dalam ruangan yang bersih atau tidak sangat mempengaruhi,” terang Karam-Hage. (sys)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER