Jakarta, CNN Indonesia -- Keindahan Gunung Bromo berhasil memikat banyak orang. Tak hanya wisatawan nusantara (wisnus) saja, tetapi juga wisatawan macanegara (wisman). Maka tak heran jika bertandang ke Bromo, kawasan ini dipenuhi dengan berbagai turis.
Selain pesona alamnya yang indah, Bromo juga menyimpan keindahan tradisi budayanya. Ada Festival Yadnya Kasada, hajatan tahunan yang sakral bagi penduduk Bromo Tengger Semeru. Festival ini akan diadakan pada 9 hingga 10 Juli mendatang.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti mengungkapkan, akan ada beragam seni tradisional masyarakat Tengger di festival ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Di antaranya Sendratari Kidung Tengger, puisi Kidung tengger, Jaranan Wahyu Tunas Budaya dan lain-lain. Media-media asing akan memberitakan semua kegiatannya dan diketahui masyarakat dunia," ujarnya.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berkomitmen akan melakukan promosi destinasi prioritas ini dengan mengadakan acara-acara pendukung.
Esthy menambahkan, khusus untuk 2017 diprediksi akan ada 10.000 kunjungan wisnus dan 1.000 kunjungan wisman ke Bromo. Sementara transaksi yang ditargetkan dalam kegiatan tersebut mencapai Rp 5 miliar.
"Orang-orang Tengger itu melaksanakan ritual Yadnya Kasada yang berlangsung selama satu bulan. Pada 9 hingga 10 Juli akan menjadi pusat kegiatannya. Kami meyakini
event ini akan melampau target wisatawannya dan transaksinya," katanya.
Kepala Bidang Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan menjelaskan, acara yang didukung sejumlah
stakeholder negeri dan swasta ini juga akan melibatkan ratusan seniman tari dari berbagai daerah.
Bahkan artis Ayushita dan Sha Ine Febriyanti juga akan memeriahkan acara ini lewat pembacaan puisi ‘Kidung Tengger’.
"Selain puisi, ada juga Sendratari Kidung Tengger, Tari Topeng Gunungsari, perkusi UI Daul Madura yang merupakan perkusi berlatar etnik Madura. Ada pula Jegog Suar Agung Bali yang merupakan perkusi bambu berlatar etnik dari Bali. Singo Ulung, tarian khas Bondowoso, Jaranan Wahyu Tunas Budaya, Jaran Slining Lumajang, Tari Mahameru, serta Reog Ponorogo," jelasnya.
Selain itu juga ada Pawai obor, Tari Topeng Gunungsari, Konser Musik Wadya Bala STKW, Tari Pepe ‘pepe’ Bainea Ri Gowa, serta Jaranan Campursari di Agrowisata Desa Jetak. Ada juga Lomba Fotografi Eksotika Bromo.
Wawan memaparkan, Yadnya Kasada Bromo dianggap sebagai tempat suci oleh suku Tengger sejak zaman Kerajaan Majapahit. Warga akan mempersembahkan makanan dengan cara dilempar ke dalam kaldera gunung berapi yang masih terus aktif. Selain hasil bumi, hewan ternak seperti kambing, ayam, dan sapi juga dijadikan persembahan.
Menjelang festival ini, tempat penginapan di sekitar Bromo akan dipenuhi wisatawan yang menginap. Sampai hari ini, sebagian besar penginapan sudah
full booked hingga Agustus.
Ketua Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran (BPC PHRI) Bromo Jawa Timur Digdayo Djamaluddin mengatakan, pihaknya bersama para pengusaha hotel dan panitia akan mengantisipasi lonjakan wisatawan yang datang ke Bromo.
"Saat ini banyak penginapan jenis hotel dan
cottage sudah
full booked. Kami juga sedang mengoptimalkan koordinasi dengan pemilik-pemilik
homestay di sekitar," katanya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut festoval ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Ia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik, terutama manajemen sampah yang sering dikeluhkan banyak pihak di destinasi pegunungan.
“Servis atau pelayanan yang baik, kebersihan, dan toilet yang terjaga, itu penting dalam jangka pendek. Jangka panjangnya adalah 3A (Atraksi, Amenitas dan Akses) yang tidak bisa ditawar-tawar lagi,” tukasnya.