Chester Bennington, Alkohol, dan Upaya Lepas dari Kecemasan

Rahman Indra | CNN Indonesia
Jumat, 21 Jul 2017 11:22 WIB
Vokalis Linkin Park itu ditengarai mengalihkan kecemasan dan depresi pada alkohol yang hanya membantu sesaat tapi berefek negatif di kemudian hari.
Vokalis Linkin Park itu ditengarai mengalihkan kecemasan dan depresi pada alkohol yang hanya membantu sesaat tapi berefek negatif di kemudian hari. (Foto: Steve Marcus)
Jakarta, CNN Indonesia -- Chester Bennington, lead vocal Linkin Park dikabarkan meninggal dunia karena bunuh diri di usia 41 tahun, pada Kamis (20/7) malam waktu setempat.

Dilansir dari The Guardian, masalah yang dialami Bennington terkait dengan penggunaan alkohol sejak lama. Pada 2003, atau empat belas tahun lalu, ia pernah mengatakan itu dan sepertinya ada kaitan erat antara penyalahgunaan zat, dalam hal ini alkohol, dengan terjadinya depresi.

Psikolog Andri, dari RS OMNI Alam Sutera, Tangerang mengatakan memang ada yang mengira dengan alkohol orang bisa lepas dari kecemasan dan depresinya. Dalam artian, alkohol menekan saraf pusat untuk menghilangkan sementara gejala depresi dan cemas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika orang menggunakan alkohol untuk mengatasi gejala depresi dan cemasnya, itu hanya sesaat, kala efek dari alkohol itu hilang maka gejala depresi dan cemasnya bisa menjadi lebih  berat," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (21/7).


Lebih jauh, Andri mengatakan seseorang mengkonsumsi alkohol untuk menekan susunan saraf pusat agar terjadi proses peniadaan gejala depresi, tapi itu bukan benar-benar menghilangkan depresi atau cemasnya.

Hingga saat ini, banyak ditemukan penyalahgunaan alkohol pada pasien gangguan kejiwaan, seperti depresi dan bipolar. "Kenapa itu terjadi? karena, mereka mencari pertolongan sendiri, bukan dari profesional bidang gangguan kesehatan jiwa, seperti psikiater atau psikolog."

Dalam prakteknya kemudian, penyalahgunaan zat, banyak digunakan pasien gangguan kejiwaan. Begitu juga sebaliknya, orang yang menyalahgunakan zat alkohol rentan alami gangguan kejiwaan.


Oleh karenanya, kata Andri, sangat diharapkan, media atau masyarakat mempunyai peran untuk mencoba mengatasi sedikit masalah kesehatan jiwa dengan menyadari bahwa gangguan kesehatan jiwa bisa dibantu oleh profesional kesehatan jiwa. 

"Adalah penting menyuarakan, depresi, cemas, gangguan bipolar wajar dan banyak ditemukan kasusnya. Jangan lari ke alkohol atau berkaitan dengan itu, karena sangat berbahaya dan menimbulkan masalah di kemudian hari," ujarnya. 

"Mungkin sesaat bisa nyaman, tapi tidak nyaman ke depannya."

Mencegah bunuh diri

Bicara soal penyebab atau dorongan untuk bunuh diri, kata Andri, biasanya itu berasal dari tekanan atau depresi. Seseorang yang ingin bunuh diri kerap berpikir bahwa tidak ada gunanya lagi hidup di dunia.

Suatu kali, Andri pernah berhadapan dengan pasien yang demikian. Usianya padahal baru 18 tahun, tapi mempertanyakan: "Apa sih dok, perlunya hidup kalau memang pada akhirnya meninggal dunia?

Dia dan sebagian orang yang depresi, tidak lagi punya semangat untuk hidup. "Ada putus asa berlebihan, emptiness dan perasaan tidak ada jalan lagi selain mati," ujarnya.


Oleh karenanya, kata Andri, dalam hal ini, spiritual approach menjadi sangat penting. Di situasi depresi, orang tidak bisa berpikir untuk hal-hal seperti itu, karena ketika depresi berat, makan dan minum saja mereka tidak mau. Mereka tidak mau melakukan apapun, seperti orang yang tidak terhubung dengan lingkungannya.

"Orang-orang ini perlu segera diobati supaya sistem saraf kembali normal," ujarnya.

Namun, tidak dipungkiri cara ini perlu waktu, karena depresi tidak datang tiba-tiba, dan ada proses. Oleh karenanya, pemulihan juga butuh waktu, tapi perlu diatasi sebelum menjadi lebih parah. (rah)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER