Jakarta, CNN Indonesia -- Perhelatan Matasora World Music Festival (MWMF) 2017 belangsung meriah. Acara yang dihelat di PT Kereta Api Indonesia (KAI) Kota Bandung ini diserbu ratusan wisatawan mancanegara (wisman).
Tak hanya wisman, ribuan wisatawan nusantara (wisnus) juga ikut menikmati acara pada Sabtu dan Minggu (22-23/7/2017) tersebut.
Festival Matasora ini memang dirancang dengan sangat kreatif. Seperti adanya dialog multikultural, diskusi isu pedesaan dan perkotaan, promosi pariwisata, hingga gaya hidup ramah lingkungan. Semuanya disajikan selama 12 jam tanpa henti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti semringah melihat antusiasme penonton dari mancanegara.
"Baru pertama kali diadakan, sudah mampu mendatangkan ribuan penonton dengan lebih dari 100 wisatawan mancanegara. Ini sungguh menggembirakan. Konser musik kolaborasi antara musisi lokal, nasional dan internasional menampilkan berbagai macam genre musik dan kultur, baik lokal maupun internasional," kata Esthy dalam rilisnya, Senin (24/7/2017).
Esthy berharap dengan adanya Matasora World Music Festival 2017 dapat menginspirasi semua musisi, khususnya di Jawa Barat.
"Matasora memiliki semangat untuk mempromosikan Jawa Barat yang akan menjadi kekuatan kebudayaan nasional dan dapat meningkatkan kepariwisataan Jawa Barat," ungkapnya.
Terpisah Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan menegaskan bahwa MWMF 2017 adalah perhelatan musik akbar yang dikemas profesional.
"Inilah suguhan atraksi wisata budaya sebagai mahakarya anak bangsa, melalui musik sebagai bahasa rasa universal yang dapat menyatukan nilai keharmonisan dalam persahabatan antarbangsa yang saling menghormati dan menghargai dalam berbagai perbedaan," ujarnya.
Festival yang bertemakan ‘Beat the Tradition'ini menggunakan tiga lokasi pertunjukkan, yaitu panggung Mata (Mata stage), Panggung Sora (sora stage) dan Ruang Film Bandung.
Direktur Artistik MWMF Ismet Ruhimat mengatakan, festival ini diharapkan menjadi barometer musik dunia. Dia melanjutkan penyelenggaraan tahun ini akan menjadi bahan evaluasi untuk MWMF tahun-tahun berikutnya.
"Kami memilih musisi dan seniman yang sudah memiliki reputasi. Mereka juga punya komitmen untuk membantu memberikan spirit menumbuhkan lagi festival musik," kata Ismet.
"Terima kasih juga respons dukungan yang datang tak hanya dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat tapi juga dari pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pariwisata," tuturnya lagi.
Penyelenggaraan MWMF ini diramaikan dengan Tari Rejang Shanti oleh Bulantrisna Djelantik, talkshow bersama Idhar Resmadi, workshop musik oleh Patrick Shaw Iversen dan lain-lain.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengacungkan jempol untuk Festival MWMF di Bandung ini. Menurutnya, Indonesia memiliki dua keuntungan menjadi tuan rumah perhelatan ini.
"Pertama, dampak langsung, menarik wisatawan baik nusantara maupun mancanegara hadir di Bandung. Kedua, dampak tidak langsung, yaitu memberikan nilai berita lebih bagi media memberitakan musisi-musisi dunia tampil di Indonesia," ujar Arief.
Selain itu, menurut Arief festival ini bisa membuat wisatawan berulang-ulang mengunjungi Indonesia.
“Media value lebih besar. Selain itu, repeat visitors bisa 60% datang lagi, bagi mereka yang sudah tiba di Indonesia. Dalam waktu kurang dari setahun, mereka datang lagi,” ungkapnya.