LANCONG SEMALAM

Teduh dan Syahdu di Tanah Minahasa Manado

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Minggu, 13 Agu 2017 11:02 WIB
Manado terkenal dengan matahari terik. Selain Bunaken, masih banyak objek wisata lain yang rasanya pas dikunjungi bagi wisatawan anti-gerah.
Suasana berwisata di pinggir Danau Linouw. (CNN Indonesia/Rinaldy Sofwan Fakhrana)
Manado, CNN Indonesia -- Satu hal yang saya sadari ketika pertama kali menginjakkan kaki di Kota Manado, Sulawesi Utara: kota ini tidak ramah untuk vampir.

Bagaimana tidak, sejenak saja nuansa religius langsung terasa di kota berpenduduk mayoritas Kristen ini. Anda tidak harus berjalan jauh untuk menemukan gereja dan lambang salib—simbol yang membuat lemah makhluk pengisap darah dalam legenda Barat itu.


Selain itu, sinar matahari di kota ini juga terasa sangat terik. Suhu udara sewaktu-waktu bisa mencapai 34-35 derajat Celcius, lebih gerah dari Jakarta atau Surabaya sekalipun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mohon maaf jika ada yang tersinggung, penggambaran Manado di atas hanyalah guyonan saya sebagai wisatawan yang tak gemar berpanas-panasan saat berkesempatan mengunjungi Tanah Minahasa pada akhir pekan kemarin.


Bagi yang penasaran seperti apa pengalaman saya saat menjadi “wisatawan vampir” semalaman di Manado, berikut ini ialah catatan perjalanan saya:

11.00-12.00 - Wisata Modern di Boulevard Manado

Saya berangkat ke Manado menggunakan pesawat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta pukul 5 pagi. Perjalanan di udara kurang lebih selama 4,5 jam langsung, tanpa transit.

Pesawat tiba di Bandara Internasional Samratulangi sekitar pukul 9.30 pagi waktu Jakarta atau 10.30 waktu Manado. Saya menginap di hotel yang berada di kawasan strategis, di Jalan Piere Tendean. Orang lokal menyebut kawasan ini dengan nama Boulevard.

Dari bandara, perjalanan menuju Boulevard kurang lebih satu jam. Jangan harap bakal terbebas dari kemacetan, karena kondisi lalu lintas di Manado hampir sama dengan Jakarta.

Teduh dan Syahdu di Tanah Minahasa ManadoSalah satu kedai kopi di Boulevard. (CNN Indonesia/Rinaldy Sofwan Fakhrana)

Sesampainya di Boulevard, saya memilih untuk langsung menuju ke Mall Manado Town Square untuk menunggu ketersediaan kamar hotel.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari mall ini kecuali pendingin udaranya yang melindungi saya dari sengatan matahari tengah hari di luar sana.

Dari hasil pengamatan saya, ternyata mall yang disebut Mantos ini merupakan mall salah satu mall yang popular bagi muda mudi Manado. Tapi ini bukan yang satu-satunya, karena ada banyak mall lain di sepanjang jalan Boulevard.

12.00-14.00 - Nikmati kesejukan dataran tinggi

Usai menyeruput kopi dingin, saya kembali ke hotel untuk menyimpan barang. Setelah beres-beres, saya kembali melanjutkan penjelajahan di Manado, dengan harapan matahari sudah tak terlalu terik sesampainya di lokasi pertama.

Selama berada di sini, saya menggunakan mobil sewa. Sebenarnya ada jasa ojek dan taksi online, tapi jarak antar tempat yang saya datangi lumayan jauh.

Akhirnya mobil sewa bersama supir dengan tarif Rp500 ribu sehari jadi pilihan saya.


Kepada supir yang merangkap sebagai pemandu, saya meminta untuk diantar ke Tomohon.

Perjalanan dari Boulevard ke Tomohon bisa memakan waktu sekitar 2 jam, lagi-lagi, tergantung kondisi lalu lintas.

Di tengah perjalanan, saya mampir ke Monumen Yesus Memberkati di Kompleks Perumahan Citra Land. Monumen ini sebenarnya dibangun oleh pengelola, tapi kini malah jadi salah satu ikon kota Manado.

Teduh dan Syahdu di Tanah Minahasa ManadoMonumen Yesus Memberkati. (CNN Indonesia/Rinaldy Sofwan Fakhrana)

Banyak wisatawan yang berfoto di bawah patung setinggi 50 meter itu, layaknya bersama patung Kristus Sang Penebus di Rio de Janeiro.

Jalan yang mesti ditempuh sebelum mencapai objek-objek yang hendak dikunjungi memang cukup panjang. Walau begitu, saya berani menyebut perjalanan itu sebagai wisata tersendiri.

Suasana di perjalanan mirip dengan jalur Bandung-Lembang. Pemandangan yang disajikan berupa pegunungan di sebelah kiri dan pohon rimbun di sebelah kanan.

Sesekali juga bisa melihat gereja-gereja bergaya klasik. Beruntunglah saya, hujan turun sehingga udara terasa sejuk sepanjang perjalanan.

Satu hal yang perlu dicatat, jalur ini sangat berkelok-kelok dan licin ketika hujan.

Bersambung ke halaman selanjutnya...

Teduh dan Syahdu di Tanah Minahasa Manado

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER