Puas di Pulau Senoa, saya melanjutkan perjalanan ke Pulau Tiga, yang berjarak sekitar 3 jam perjalan dengan kapal nelayan. Di pulau ini tampak ada kehidupan, dengan terlihatnya rumah-rumah laut di pinggiran pantainya.
Saya membayangkan kapal-kapal pesiar yang membawa wisatawan bisa berlabuh di sini.
Penduduk setempat sangat menjaga kelestarian pulaunya, karena pohon-pohon di sekitarnya masih tumbuh dengan rapat. Mereka juga lebih resik dibandingkan wisatawan dari kota besar, karena tidak terlihat tumpukan sampah yang berarti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena sudah puas berenang di Pulau Sanoa, saya hanya berkeliling pulau sambil berbincang dengan orang yang ditemui di jalan.
 Gugusan karst di Selat Lampa. (Dok. Silvano Hajid) |
Sebelum matahari turun, saya sudah diantar kembali ke Selat Lampa, dermaga terdekat dengan daratan dari Pulau Tiga. Inilah momen kebahagiaan saat melihat gugusan tebing karst bertemu dengan birunya laut.
Sore berganti malam, saya memilih memejamkan mata agar energi kembali terisi untuk menjelajah keesokan hari. Hotel Batu Hitam dengan tarif Rp300 ribu per malam jadi pilihan saya.
Berlanjut ke halaman berikutnya...