Keesokan harinya, matahari baru saja terbit dan saya sudah berada di Alif Stone Park. Sinar matahari masuk melalui celah gugus batu granit di sini, dengan siluet Pulau Senoa dari kejauhan.
Dari Alif Stone Park saya menumpang kapal nelayan lagi menuju Batu Sindu. Untuk ke tujuan sebenarnya bisa menggunakan jalur darat, tetapi bagi saya gugus batu granit di dua tempat ini sangat menakjubkan jika dilihat dari laut.
Seperti yang saya bayangkan, gugusan bebatuan di pulau ini benar indahnya, bahkan bisa dibilang menakjubkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Batu-batu granit besar di Batu Sindu. (Dok. Silvano Hajid) |
Berkah bagi Kabupaten Natuna, karena letaknya berada di ujung Paparan Sunda. Para geolog menyebutnya sebagai jalur timah dengan batu granit berumur ratusan juta tahun.
Di belahan dunia lainnya, gugusan batu granit raksasa seperti di Natuna, dianggap sebagai peninggalan alamiah geologis, dan dilindungi. Sudah pasti setiap cuilnya sangat berharga, oleh karena itu sebagian tebingnya sudah dikikis oleh orang tak bertanggungjawab.
Sekitar 50 meter dari bibir pantai, bekas praktik kotor nelayan masa lampau masih terlihat, karangnya di dasar laut rusak. Tetapi, selebihnya ketika berenang sedikit lebih jauh, alam memperbaiki diri jika manusia bisa menjaganya.
Terlihat karang jenis
Acropora Humilis dengan mudahnya tumbuh di sini, ikan bisa leluasa bermain di sela cabang-cabangnya. Gugus batu yang dimiliki Natuna berpotensi menjadi magnet kedatangan wisatawan, jika lautnya tetap lestari.
Batu Sindu menjadi penjelajahan terakhir saya di Natuna. Sesampainya di daratan dan sampai saya pulang ke Jakarta, hati dan pikiran masih membayangkan betapa kayanya salah satu ‘pulau terdepan’ di Indonesia ini.
 Aktivitas nelayan di perairan Natuna. (Dok. Silvano Hajid) |
Potensi hasil laut hingga 1,1 juta ton, pantai bertabur "perhiasan", tebing karst penampung air alami, sudah pasti menjadi magnet bagi siapapun yang datang ke Natuna.
Bagi saya, Natuna istimewa, dia sedang bermimpi untuk jadi yang terdepan. Boleh saja bermimpi, karena Natuna sama indahnya dengan pulau-pulau lain di Indonesia, yang dianggap "sepenggal surga yang jatuh ke bumi".
Tetapi "surga" bisa jadi "neraka", jika salah urus atau kita yang abai untuk menjaga kelestariannya.
(ard)