Napak Tilas Sejarah di Jalur Karnaval Kemerdekaan 2017

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Minggu, 27 Agu 2017 17:44 WIB
Karnaval Kemerdekaan yang berlangsung di Bandung mengajak peserta menapak tilas sejumlah lokasi sejarah perjuangan Indonesia.
Karnaval Kemerdekaan yang berlangsung di Bandung mengajak peserta menapak tilas sejumlah lokasi sejarah perjuangan Indonesia. (CNN Indonesia/M. Andika Putra)
Bandung, CNN Indonesia -- Karnaval Kemerdekaan yang menjadi penutup rangkaian bulan kemerdekaan resmi berakhir pada Sabtu (26/8) kemarin. Pawai yang dimulai dari Gedung Sate melewati Balai Kota Bandung sampai Alun-Alun Kota Bandung itu berjalan lancar.

Presiden Joko Widodo hadir dalam pembukaan dan memimpin pawai dengan Kereta Pancasila di barisan paling depan.

Sejumlah tempat yang dialui pawai itu sebenarnya memiliki kisah sejarahnya masing-masing. Secara tidak langsung, rute pawai itu seperti ingin mengajak peserta untuk melakukan napak tilas sejarah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Napak tilas itu dimulai di Gedung Sate yang menjadi titik awal pawai Karnaval Kemerdekaan. Gedung Sate saat ini merupakan kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat.
Gedung Sate memiliki kisah sejarah menarik. Dibangun pada 1920, gedung yang awalnya bernama Gouvernements Bedrijven itu ditempati pertama kali oleh Wali Kota Bandung B. Coops.

Bangunan itu merupakan perencanaan Arsitek Ir. J. Gerber lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland dengan pihak Gemeente van Bandoeng.

Diperkirakan pembangunan melibatkan 2.000 pekerja yang 150 di antaranya merupakan ahli pahat berkebangsaan Cina. Pembangunan selesai pada tahun 1924. Di area gedung juga terdapat kantor pos, telepon, telegraf dan perpustakaan.

Sejumlah arsitek dan ahli bangunan menilai Gedung Sate sebagai gedung anggun dengan gaya arsitektur Indo-Eropa.

Dalam buku Bandoeng en haar Hoogvlakte (1952), D. Ruhl yang menyebut gedung sate adalah bangunan terindah di Indonesia.
Gedung Sate juga sempat menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda. Alasannya, penjajah Belanda saat itu menilai Batavia, sekarang bernama Jakarta, sudah tidak layak sebagai pusat pemerintahan.

Setelah merdeka, Gedung Sate menjadi milik Indonesia. Sebanyak tujuh pemuda tewas di tangan pasukan Gurka pada 3 Desember 1945 ketika coba mempertahankan Gedung Sate. Untuk mengenang jasa mereka, pada tahun 1970 dibuatkan tugu di halaman belakang Gedung Sate.

Napak Tilas Sejarah di Jalur Karnaval Kemerdekaan 2017Presiden Jokowi membuka langsung Karnaval Kemerdekaan di Bandung, Sabtu (26/8). (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Setelah Gedung Sate, pawai berlanjut ke Taman Vanda yang berada sebelah Balai Kota Bandung. Tak Kalah dengan Gedung Sate, tempat yang menjadi kantor Wali Kota Bandung Ridwan Kamil ini juga memiliki sejarah.

Balai Kota Bandung dibangun pada tahun 1885 dengan nama Pieters Park. Tempat itu dibangun untuk mengenang Asisten Residen Priangan Pieter Sitjhoff atas jasanya membangun Bandung. Namun setelah Indonesia merdeka, nama tempat berubah menjadi Taman Merdeka lantaran berada di Jalan Merdeka.
Balai Kota memiliki taman, kolam dan patung. Kini taman itu diberi nama Taman Balai Kota dan menjadi salah satu tempat hiburan keluarga.

Pada salah satu kolam terdapat patung badak bercula satu warna putih. Patung itu diresmikan pada tanggal 10 November 1981 yang diperkirakan sebagai penanda pernah banyak ditemukan badak bercula satu di Bandung sekitar tahun 1700an.

Pawai Karnaval Kemerdekaan berlanjut ke Alun-Alun Bandung yang menjadi titik akhir. Sebelum sampai di alun-alun, peserta pawai melewati Gedung Merdeka dan Musem Konferensi Asia Afrika yang berdempetan. Tempat itu pernah digunakan untuk Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955.

Bangunan tersebut dibangun tahun 1895 dengan nama Societiet Concordia. Kemudian, pada 1926 direnovasi oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya merupakan guru besar Technische Hoogeschool te Bandung yang kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung.
Napak Tilas Sejarah di Jalur Karnaval Kemerdekaan 2017Karnaval Kemerdekaan melintasi tempat-tempat bersejarah di kota Bandung. (CNN Indonesia/M. Andika Putra)

Pada masa penjajahan Belanda gedung itu berfungsi sebagai tempat rekreasi masyarakat Belanda yang tinggal di Bandung. Pada masa penjajahan Jepang nama gedung berubah menjadi Dai Toa yang digunakan sebagai pusat kebudayaan.
Tepat pada 17 Agustus 1945 gedung itu digunakan sebagai markas pemuda Indonesia untuk menghadapi tentara Jepang lantaran Jepang tak mau menyerahkan kekuasaan. Kemudian setelah terbentuk pemerintahan Indonesia sekitar tahun 1950, digunakan sebagai gedung pertemuan umum.

Tahun 1954 pemerintah Republik Indonesia menetapkan Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika dan sejak itu pertemuan bertaraf internacional berlangsung di gedung itu. Gedung itu menjadi salah satu tempat pertemuan termegah dan terbesar di Bandung.

Setelah melewati Gedung Merdeka, pawai akhirnya menuju titik terakhir Alun-Alun Bandung. (wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER