Jakarta, CNN Indonesia -- Daerah crossborder Nongsa, Batam kembali dikepung 1.500 wisatawan mancanegara (wisman). Daerah yang sering disebut Great Batam itu diserbu wisman dari Singapura, Malaysia, China, Korea, India, Sri Lanka, dan Jepang. Semua masuk ke Batam dari Singapura melalui jalur laut dan Bandara Hang Nadim.
Sejak Kamis (31/8/2017), kawasan Nongsa memang dipadati wisatawan. Sebanyak 400 kamar yang tersedia di Turi Beach, Batam View Beach Resort, Nongsa Point Marina, dan Montigo Resort Nongsa tidak lagi bisa menampung wisatawan, semuanya fully booked 100 persen.
“Bagi kami, dari nasionalitas mana pun, kalau sudah sesuai aturan, soal visa kunjungan dan visa on arrival, itu tidak masalah. Yang penting masuk, berlibur, dan spending di Indonesia dengan status wisatawan mancanegara,” jelas Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/9/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan event friendship golf trination yang dibungkus brand Wonderful Indonesia sukses diserbu 156 warga Singapura serta warga Malaysia yang berasal dari Penang dan Johor Bahru. Sebanyak 116 anggota komunitas Sathya Sai Baba, seorang guru spiritual India, juga ikut berlibur di Batam.
Church group asal Singapura ikut menyumbang 711 wisman ke Nongsa. Sisanya, datang dari China, Jepang, Sri Lanka dan Korea yang membeli paket leisure, team building, serta social gathering di Nongsa.
“Itu baru dari kawasan Nongsa. Tiga hari ini ada 1.500 wisman yang berlibur ke Nongsa. Rata-rata menginap tiga hari dua malam. Sekarang semua kamar di sini penuh, full 100 persen,” terang Chairman of Nongsa Sensation Batam Island Anddy Fong.
Perhatian serius dari Arief kepada turis Singapura, Malaysia, China, Korea, dan India dinilai sangat sukses. Sebagai pasar potensial, promosi dan aneka pagelaran selalu rajin disiapkan untuk mendatangkan lebih banyak wisman ke Batam.
“Istilah Menpar menjaring di kolam yang banyak ikan. Singapura merupakan destinasi yang juga penting bagi Batam. Menggaet wisatawan dari Singapura itu cukup efektif. Di Singapura mereka menyaksikan manmade, sedangkan di Nongsa, Batam mereka melihat nature dan culture,” ungkapnya.
Alhasil, ekonomi Batam langsung berdetak sangat kencang. Hotel, lapangan golf, semua panen raya. Estimasi kasarnya bisa dengan mudah dihitung. Per hari, pengeluaran wisman rata-rata mencapai SGD 200.
“Artinya ada SGD 900 ribu uang berputar di Nongsa hanya saat libur panjang. Kalau memakai kurs 9.900, sudah ada sekitar Rp 9 miliar uang berputar. Ini berkah besar untuk Nongsa dan Batam,” tambah Anddy.
Tidak hanya industri pariwisata di Nongsa yang senang. Life Member Penang Golf Club Dato’ Jimmy Ong juga menikmati kegiatan ini. Pengalaman di 3 Nations Friendship Golf Batam Island pada 31 Agustus-2 November 2017 menurutnya sulit didapatkan di golf course mana pun.
“Saya menikmati sekali. Kebetulan di Malaysia sedang libur lima hari. Servis dan panorama di Tering Bay golf dan Palm Springs golf luar biasa,” tuturnya.
Tidak ada keluhan sedikitpun dari Dato’ Ong. Pesannya untuk pariwisata Indonesia hanya satu. Dia ingin Penang-Batam bisa ditembus dengan direct flight.
“Direct flight ini sangat penting karena kami agak kerepotan membawa golf bag bila transit di Changi atau Subang. Di Penang ada Malindo. Saya kira ini bisa didekati pemerintah Indonesia,” tuturnya.
Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti yang ikut meng-create event-event akhir pekan di Nongsa pun langsung sumringah. Ramainya kawasan Nongsa Batam saat libur panjang menjadi bukti bahwa pariwisata berpotensi menjadi core business Indonesia.
“Nongsa sudah memberikan bukti konkret. Kata kunci pariwisata terbukti sukses menyumbang PDB, devisa, serta lapangan kerja yang paling mudah, murah, dan cepat. Ke depan, Kemenpar akan makin intens meng-create event-event menarik di kawasan crossborder,” pungkas Esthy.