Bandung, CNN Indonesia --
Strategi media yang diusung oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam menjaring wisatawan mendapat tanggapan positif. Pasalnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan agar perguruan tinggi di Indonesia membuka jurusan media sosial.
"Antisipasi yang disiapkan kita harus berubah! Program studi jangan hanya itu-itu saja. Misal fakultas ekonomi jangan hanya manajemen dan akuntansi, harus dibuat jurusan atau program studi
logistic management, retail management, online store. Juga fakultas sosial politik di perguruan tinggi semestinya juga memasukkan jurusan yang mempelajari media sosial,” ujar Jokowi.
Hal ini disampaikan saat Jokowi menghadiri Puncak Peringatan Dies Natalis ke-60 Universitas Padjadjaran (Unpad) di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Bandung, Senin (11/9/2017). Usulan tersebut tidak diucapkan sembarang. Meskipun kini media sosial masih dianggap hanya sebagai ajang untuk eksis, tetapi ia yakin media sosial bisa memberikan dampak besar pada kehidupan saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi memang terkenal sebagai sosok yang getol menggunakan media sosial. Semua media sosialnya aktif. Mulai Facebook, Twitter, Instagram, hingga YouTube. Di media sosial, Jokowi membuka komunikasi langsung di dunia maya dengan publik.
Dalam kesempatan ini, Jokowi juga berkesempatan menyampaikan orasi. Ia menegaskan perubahan dunia sangat cepat, salah satunya internet dan media sosial.
Misalnya kemunculan
mobile internet langsung disusul oleh
artificial intelligence. Belum lagi Elon Musk yang akan membuat Hyperloop, SpaceX, dan mobil listrik. Berbicara mengenai sistem pembayaran kini ada PayPal dan AliPay. Belum lagi memesan makanan kini lebih mudah dan cepat dengan Go-Food dari Go-Jek.
Menurutnya, perubahan ini akan mengubah lanskap politik global, politik nasional, dan politik daerah. Pada akhirnya, lanskap ekonomi pun berubah. Maka perguruan tinggi punya peran penting dalam menghadapi tantangan ke depannya.
"Menurut saya, siapa yang bisa mengantisipasi dan menyiapkan menghadapi perubahan itu yang pertama yang paling siap adalah perguruan tinggi. Karena itu setiap masuk universitas selalu saya sampaikan," lanjutnya.
Ia menuturkan cepatnya perkembangan internet dan kecerdasan artifisial serta perniagaan daring yang memicu penutupan pusat-pusat belanja yang berdampak pada banyaknya pengangguran.
"Kalau tak diantisipasi bisa berbahaya bagi kehidupan bangsa dan negara, terutama dalam berkompetisi," katanya.
Jokowi juga ingin universitas seperti Universitas Padjajaran mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang sangat cepat dengan membuat penyesuaian dan terobosan. Apalagi generasi millennialdiperkirakan akan menguasai dan mempengaruhi pasar 10 tahun lagi. Generasi millennial memiliki karakter mandiri, kerja bersama, inovatif, dan sering
online.
Faktanya, Indonesia menempati posisi 3 besar di dunia dalam hal penggunaan internet dengan jumlah 144 juta pengguna. Tidak heran bila masyarakat Indonesia dinilai sudah melek teknologi. Tantangannya adalah harus diintervensi agar penggunaannya benar dan berdampak positif.
Dalam kunjungannya, Jokowi didampingi sejumlah menteri kabinetnya. Tiga di antaranya merupakan lulusan Universitas Padjajaran, yakni Menkominfo Rudiantara, Menpar Arief Yahya, dan Mensesneg Pramono Anung.
Bagi Arief, pesan dalam orasi yang disampaikan Jokowi 100 persen benar. Dunia bergerak menuju digital dan Kemenpar terus mengaplikasikan digital pada tiap strateginya. Misalnya dengan mendukung Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung yang memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Media Sosial.
"Perlu dimaknai secara serius ajakan Presiden Jokowi dalam penerapan Go Digital di semua lini kehidupan, termasuk perguruan tinggi. Kami sudah melakukannya di Kementerian Pariwisata," ungkapnya.
Rencananya, UKM ini akan dibuat di kampus-kampus pariwisata yang berada di bawah Kemenpar. Adapun STP-STP tersebut adalah STP Nusa Dua Bali, Poltekpar Palembang, Poltekpar Lombok, Akpar Medan, dan Poltekpar Makassar.
Selain itu, Arief bersama Kemenpar mengedepankan framework POSE yang merupakan singkatan dari Paid Media, Own Media, Social Media, dan Endorser.
"Keempatnya harus dikombinasi akan menciptakan
convergent media," katanya.
Ia juga memaparkan kebiasaan konsumen sudah berubah menjadi semakin digital. Apalagi jika Gen Y dan Gen Z semakin besar jumlah dan pengaruhnya. Kini ada
'always-connected travellers’ yang berarti di manapun dan kapanpun mereka saling terkoneksi dengan adanya
mobile apps/devices.
"Ingat, jika kita tak berubah mengikuti perubahan konsumen, kita pasti akan mati," ucapnya.
Arief yakin dengan Go Digital, rasa optimisme bisa terbangun, makin percaya diri, dan makin profesional dalam menguasai pasar dunia.
"Semakin digital maka akan bisa menjangkau konsumen global dari manapun dia berada di muka bumi ini. Begitu kita menggunakan platform digital, maka kita bisa diakses oleh wisatawan dari manapun di seluruh dunia. Jadi benar kata Presiden Jokowi, dunia berubah sangat cepat, teknologi berkembang sangat cepat. Dengan penggunaan digital itu akan membuat Indonesia melompat lebih tinggi, Go Digital
be the best,” tegasnya.