Jakarta, CNN Indonesia --
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo ikut mengampanyekan wisata belanja dan kuliner dengan cara mengajak keluarganya ke mal. Kini giliran Menteri Pariwisata Arief Yahya yang ikut aktif mengampanyekan wisata kuliner dan belanja. Cara yang dipilih sederhana. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar Workshop Strategi Pemasaran Wisata Kuliner dan Belanja (Wiskulja) untuk wisatawan mancanegara.
"
Culinary and shopping itu bisa dinikmati siapa saja. Sudah dibuat lama, turun temurun, ratusan bahkan ribuan kali dimodifikasi berdasarkan selera
customer. Jadi perlu strategi khusus untuk meng-
handle hal ini," tutur Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana.
Wiskulja digelar pada Selasa (19/9/2017) hingga Rabu (20/9/2017) di Hotel Santika Premiere Jakarta. Peserta dari unsur pemerintah, industri, dan komunitas diajak menyelami wisata kuliner dan belanja. Semua diajak berdiskusi membahas detail peran wisata kuliner dan belanja sebagai bagian dari strategi pemasaran wisata budaya. Juga berbagi informasi dan pengetahuan tentang upaya pemasaran bagi berbagai bentuk wisata kuliner dan belanja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Potensinya tergolong besar. Kuliner terlezat nomor satu dan dua dunia 2017 ada di Indonesia. Segmen wisata kuliner dan belanja juga bisa berkontribusi untuk menciptakan 13 juta lapangan kerja, menciptakan 270 triliun devisa atau 20 juta wisman," ujar Pitana.
Untuk mengangkatnya tidak bisa instan. Diperlukan pengenalan produk terlebih dahulu serta penerapan strategi yang tepat. Inilah yang diasah di
workshop tersebut. Strategi pemasarannya diarahkan agar tidak keluar dari rumus Destinasi, Originasi, dan Timeline (DOT). Kemudian ketika merancang strategi untuk promosi maka
framework-nya pasti Branding, Advertising dan Selling (BAS). Sementara untuk memilih
channel promosi, maka
framework-nya pasti Paid On dan media sosial plus
endorser.
"Dalam ketiga
framework inilah kita bermain untuk strategi yang unik, spesifik untuk masing-masing segmen. Dengan wisata lainnya strateginya akan sama, tapi produknya yang berbeda," katanya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya ikut buka suara. Menurutnya,
shopping itu sudah satu paket dengan kuliner dan harus ada di setiap destinasi.
"Karena memang ada karakter wisman yang setiap berwisata itu mensyaratkan harus ada kuliner dan belanja," ujarnya.
Ia berharap diskusi tersebut tidak hanya menghasilkan rekomendasi dalam tatanan konsep, tetapi langsung diimplementasikan pada 2018.
Hal ini dianggap sangat penting lantaran Bank Indonesia menyebutakn bahwa pengeluaran wisman di Indonesia rata-rata sekitar Rp 5,3 juta dengan rata-rata lama berlibur antara empat hingga lima hari. Pengeluaran terbanyak datang dari biaya menginap (akomodasi), makan, paket tur, dan belanja buah tangan atau cenderamata.
"Kalau dari
spending-nya, kuliner dan belanja itu lumayan tinggi. Jadi jangan berhenti di
workshop saja. Harus berlanjut ke
commercial value," katanya.