Malang, CNN Indonesia --
Festival Pesona Gunung Kawi 2017 yang didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memperingati Suroan berakhir meriah. Pesta Budaya Gunung Kawi yang digelar Selasa (19/9/2017) hingga Kamis (21/9/2017) ini juga sekaligus memperingati wafatnya Eyang Djugo (Kiai Zakaria) ke-151 dan Haul Ke-146 RM Imam Soedjono. Dua tokoh tersebut merupakan leluhur Gunung Kawi.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti mengatakan kegiatan ini telah mengundang wisatawan sehingga potensi ini perlu dijadikan Kalender Wisata tanpa mengurangi nilai-nilai ritualnya.
Selain sehari-hari sebagai tempat ritual kepercayaan orang China (Ciamsy), di Gunung Kawi juga terdapat Pasar China yang menjual pernak-pernik cenderamata China. Hal ini membuat kunjungan wisatawan mancanegara ke Desa Wisata Gunung Kawi meningkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apresiasi yang tinggi patut kita sampaikan kepada Pemerintan Kabupaten Malang. Tokoh Adat serta para peserta kirab yang turut berpartisipasi," ujar Esthy.
Ia memaparkan kehadiran Eyang Djugo (Kyai Zakaria) dan pengikutnya telah membawa perubahan ekonomi masyarakat Desa Wonosari dan sekitarnya terutama paradigma religius.
"Untuk menghormati jasa-jasa beliau, maka perlu untuk melestarikan adat Suran yang telah menjadi tradisi ritual di Gunung Kawi," lanjutnya.
Festival Pesona Gunung Kawi 2017 dibuka dengan festival produk olahan unggulan ketela rambat atau telo yang diikuti 33 kecamatan di wilayah Kabupaten Malang. Lomba tersebut sekaligus digelar sebagai penilaian festival kuliner olahan ketela. Kegiatan ini tambah meriah karena diiringi pertunjukan kesenian masyarakat Gunung Kawi. Lomba olahan ketela dipilih karena telo merupakan salah satu komoditas unggulan di kawasan ini.
"Gunung Kawi terkenal dengan telo. Tidak ada daerah lain yang sama dengan telo Gunung Kawi. Empuk dan enak," tambah Gayatri.
Kemudian pada Rabu (20/9/2017) juga diadakan lomba cipta tari khas Gunung Kawi yang pesertanya dari 33 kecamatan. Lomba ini digelar karena warga Gunung Kawi belum memiliki ciri khas tarian. Lalu ada pameran produk unggulan, festival cipta tari khas Gunung Kawi, wayang kuli, dan kirab 1 suro.
Puncak kegiatan digelar Kamis (21/9/2017) dengan pertunjukan budaya dan kirab budaya ritual Suroan. Kegiatan ini sebagai lambang rasa syukur dan melestarikan budaya sekaligus menghormati Eyang Djugo dan RM Imam Soedjono.
Kirab selalu memantik minat ribuan wisatawan. Bahkan ada yang datang dari luar Jawa ini diikuti 14 RW dari Desa Wonosari. Kegiatan diisi ritual arakan ogoh-ogoh yang berangkat dari Terminal Wonosari serta berhenti di Pesarean Gunung Kawi.
Wakil Bupati Malang HM Sanusi mengatakan Gunung Kawi sudah lama terkenal dan menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan lintas agama. Ia berharap, dimulai dari Gunung Kawi, Kabupaten Malang menjadi daerah tujuan pariwisata nasional.
"Mudah-mudahan Gunung Kawi menjadi desrinasi wisata religi untuk Indonesia," ujarnya.
Ia berjanji Pemkab Malang akan menyiapkan infrastuktur yang mendukung terintegrasinya wisata religi di Gunung Kawi. Digelarnya pameran produk unggulan pada acara ini diharapkan akan menambah keragaman wisata.
"Akan banyak wisatawan yang bisa mengenal produk khas untuk menambah kekayaan wisata Kabupaten Malang," terangnya.
Ia menjelaskan pariwisata suatu daerah bisa terkenal karena penyajian wisata dan keramahan masyarakatnya, ditambah dengan kekayaan seni budaya. Namun yang tidak kalah penting adalah wisata kuliner. Untuk itu, Pemkab Malang mendorong berkembangnya kesenian tradisional dan kuliner khas setempat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang Made Arya Wedanthara mengatakan untuk mengoptimalkan pengembangan pariwisata diperlukan sinergi atas lembaga dan sektor. Salah satu caranya dengan penataan wisata religi Gunung Kawi.
"Setidaknya ratusan ribu pengunjung yang datang saat perayaan Suro tiba, makanya biar ada yang beda kami lakukan festival jajanan khas telo Gunung Kawi pada perayaan Suro kali ini," jelasnya.
Di Wisata Reliji Gunung Kawi terdapat dua makam pejuang Islam yang diyakini sebagai pengikut Pangeran Diponegoro, yakni Kiai Zakaria atau yang lebih dikenal dengan sebutan Eyang Jugo dan Raden Mas Iman Sudjono atau akrab disebut Mbah Sujo.
Pada hari-hari tertentu, kedua makam ini ramai dikunjungi. Terutama pada Kamis malam, Jumat legi, Malam Minggu, atau saat bulan Suro.
"Pengunjung wisata religi Gunung Kawi ramai pada saat malam Jumat Legi, malam minggu, atau bulan Suro karena di bulan Suro merupakan haul Eyang Jugo," tambahnya.
Selain Gunung Kawi, Kabupaten Malang memiliki destinasi wisata, seperti Waduk Selorejo, Air Terjun Coban Pelangi, Candi Singosari dan Arca Dwarapala, Pantai Balekambang, PWEC (Petungsewu Wildlife Ecosystem Conservation), dan Masjid Ajaib.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Kabupaten Malang menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata unggulan di Indonesia yang ditetapkan Pemerintah Pusat.
"Dari 10 destinasi wisata unggulan yang di tetapkan oleh Pemerintah, di mana Kabupaten Malang menjadi salah satu penyangganya wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru," katanya.
Ia menyampaikan pentingnya sebuah
branding daerah. Kabupaten Malang beruntung karena menjadi salah satu dari 10 tujuan pariwisata unggulan nasional.
"Oleh karena itum penting untuk menangkap peluang tersebut sehingga menjadi potensi ekonomi yang besar. Selain itu, penting menetapkan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata," lanjutnya.