CATATAN PERJALANAN

Tiga Hari di 'Surga Wisata' Banten

Titi Fajriyah | CNN Indonesia
Minggu, 01 Okt 2017 12:48 WIB
Tanjung Lesung berbenah untuk menjadi 'surga wisata' di kawasan Banten. Berikut ini catatan keseruan perjalanan CNNIndonesia.com selama tiga hari di sana.
Tanjung Lesung berbenah untuk menjadi 'surga wisata' di kawasan Banten. Berikut ini catatan keseruan perjalanan CNNIndonesia.com selama tiga hari di sana. (Foto: CNN Indonesia/Titi Fajriyah)
Tanjung Lesung, CNN Indonesia -- Surga tersembunyi di wilayah Barat Pulau Jawa itu bernama Tanjung Lesung. Terletak di Desa Panimbangjaya, Pandeglang, Banten.

Sebelumnya, nama Tanjung Lesung sudah pernah saya dengar. Saya pikir jaraknya dekat dengan Anyer, karena lokasinya yang satu garis pantai di pinggir Selat Jawa. Nyatanya, pikiran itu ada benarnya tapi juga ada salahnya.


Saya berkesempatan untuk mengunjungi Tanjung Lesung saat Festival Tanjung Lesung 2017 yang berlangsung belum lama ini. Perjalanan dari Jakarta menggunakan bus melalui jalur darat yang berangkat dari titik kumpul di kawasan Senayan, sekitar pukul 08.00.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Waktu tempuh hampir lima jam melewati ruas jalan tol Jakarta-Merak, namun berbelok ke kiri menyusuri Pandeglang. Supir bus yang saya tumpangi memilih untuk menghindari kawasan Anyer yang terbilang lebih padat kendaraan.

Rombongan kami sempat berhenti sesaat untuk memberikan kesempatan bagi para kaum adam melaksanakan ibadah sholat Jumat. Kami tiba sekitar pukul 13.30 di Tanjung Lesung Beach and Resort, tempat peristirahatan selama kami berada di sana.

Saya punya waktu tiga hari dua malam untuk menyusuri sebagian kecil dari kawasan Tanjung Lesung yang kini telah dinobatkan sebagai satu dari 10 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) oleh Kementerian Pariwisata di tahun 2017. Berikut ini catatan perjalanan saya di Tanjung Lesung:


Setibanya di Tanjung Lesung, saya sempat berhenti sejenak di depan pintu masuk kawasan untuk membeli beberapa kebutuhan pribadi. Maklum, jarak dari gerbang menuju tempat menginap saya tinggal cukup jauh, sekitar 2,5 kilometer.

Tidak ada kendaraan umum yang bisa mengantarkan kami keluar masuk kawasan tersebut. Sehingga asupan pribadi benar-benar harus tercukupi untuk tetap nyaman selama tiga hari.

Setengah perjalanan masuk dari pintu gerbang ke area kamar, kami disambut oleh puluhan Bebegig, atau yang dikenal dengan orang-orangan sawah buatan masyarakat Pandeglang yang ikut dilombakan dalam Festival Tanjung Lesung 2017.

Bentuknya rupa-rupa, mulai dari sosok 'hantu' sampai sosok atlet bulutangkis, atlet surfing, sampai sosok seorang turis. Di sebelah kanan jalanan tempat Bebegig itu dipamerkan, ada lapangan kosong yang sudah disulap menjadi tempat diselenggarakannya festival.

Tiga Hari di 'Surga Wisata' BantenOrang-orangan sawah yang dilombakan di Festival Tanjung Lesung 2017. (Foto: CNN Indonesia/Titi Fajriyah)
Panggung besar tempat band kondang asal Bandung The Cangcuters beraksi, ada juga stand tempat para masyarakat sekitar menjajakkan dagangan khas, juga bagian di mana ada promosi wisata yang ada di sekitar Banten.

Tempat tidur saya malam ini berbentuk cottage, yang berisi dua kamar dengan satu kamar mandi, ruang tamu dan ruang makan. Tempatnya cukup besar dan bisa menampung sekitar enam sampai delapan orang dengan tambahan kasur.

Saya harus berjalan kaki sekitar 100 meter dari lobi menuju cottage. Kamarnya cukup nyaman dengan fasilitas pendingin udara.

Tipe kamar yang saya inapi bernama Mutiara Cottage, yang harga per malamnya dibanderol Rp2 jutaan. Untuk cottage dengan satu kamar dihargai Rp1,2 jutaan. Itu sudah termasuk sarapan.

Bagi Anda yang ingin sensasi berbeda, boleh dicoba menginap di area tenda yang lokasinya tidak jauh dari resor dan pantai. Untuk dua orang, tenda-tenda itu dilabeli harga Rp500 ribu, termasuk sarapan dan voucher untuk snorkeling. Ada juga kamar yang berada di dalam sebuah kontainer besar.

Tiga Hari di 'Surga Wisata' BantenPotret cottage di Tanjung Lesung. (Foto: CNN Indonesia/Titi Fajriyah)

Hari kedua di Tanjung Lesung, saya sudah disibukkan dengan liputan Mountain Bike Cross Country Marathon (MTB XCM) yang merupakan bagian dari rangkaian festival. Ini jadi kali pertama Tanjung Lesung mengadakan event tersebut. Event tersebut dimulai sejak pukul 08.00.

Medan berpasir yang licin ditambah pecahan batu karang serta cuaca panas pantai yang saat itu sedang dalam puncak musim kemarau menjadi tantangan tersendiri bagi para peserta.

Tak sekadar letih dan prestasi yang didapat peserta, suguhan pemandangan indah dari pinggir pantai, menyusuri hutan bakau dengan desir ombak yang kecil membuat kesan tersendiri bagi para peserta juga saya yang sempat menjajal rute sejauh 16 kilometer menggunakan sepeda motor milik warga.

Anda bisa menyewa motor warga sekitar untuk berkeliling seharian di kawasan Tanjung Lesung seharga Rp25-30 ribu di hari biasa dan Rp50 ribu di akhir pekan.

Saya juga sempat merasakan nikmatnya dipijat di Andaru Spa yang masih berada di kawasan resor. Setelah letih menjelajah pantai, pijatan dari terapis membuat saya kembali bugar.

Soal biaya pun tak begitu mahal. Hanya cukup mengeluarkan kocek Rp130-180 ribu untuk bisa mendapatkan kenikmatan pijatan dari ujung rambut sampai ujung kaki dalam waktu kisaran 60-90 menit.

Sore harinya, saya kembali meliput event lari bertajuk Sunset Trail Run 2017. Rute yang dilalui pelari 90 persen sama dengan event balap sepeda di pagi hari. Bedanya, pemandangan indah matahari tenggelam di ufuk Barat menjadi momentum indah.

Bulatnya matahari berwarna kuning menuju senja yang perlahan turun melewati hamparan lahan pertanian warga yang baru dipanen membuat suasana semakin berkesan. Lagi-lagi suhu panas membuat beberapa pelari menyerah dan tak sanggup menyelessikan larinya menuju finis.

Malam hari saya ditutup dengan menyaksikan pertunjukan debus, kesenian khas Banten. Para pemain debus menyembur-nyemburkan minyak tanah dari mulutnya ke media bambu yang sudah mengobarkan api. Ada juga di antara mereka yang mematikan api dari bambu dengan memasukannya ke dalam mulut mereka.

Tiga Hari di 'Surga Wisata' BantenMenyusuri sudut tempat wisata di Tanjung Lesung. (Foto: CNN Indonesia/Titi Fajriyah)

Hari terakhir di Tanjung Lesung, saya juga masih harus berkutat dengan liputan Rhino X-Triathlon sejak pagi hari. Di siang harinya, walaupun sebentar saya sempat mecicipi bermain air di pinggir pantai.

Lokasi yang menjadi lokasi wajib foto selfie di Tanjung Lesung adalah di ayunan yang berada di air layaknya di Pantai Senggigi, Lombok. Ada juga beberapa permainan air yang bis dijajal, mulai dari banana boat, jetski dan kayak.

Lokasi pantai di Tanjung Lesung ini seperti layaknya di Anyer, banyak karang di bibir pantainya. Hal ini menyulitkan saya untuk bisa berenang bebas seperti di pantai lain.

Kalau sudah puas basah-basahan, Anda juga bisa menyewa sepeda atau ATV di penyewaan yang ada di dekat pantai. Untuk sepeda, harga sewanya berkisar mulai 50 ribu selama sejam, sedangkan ATV seharga Rp250 ribu untuk 25 menit.

Sebenarnya di hari biasa, untuk masuk ke pantai di kawasan Tanjung Lesung Resort and Beach Hotel ini pengunjung harus membayar retribusi wisata sebesar Rp50 ribu. Tapi, karena saat itu sedang ada Festival Tanjung Lesung, pengunjung dibebas biayakan.


Untuk bisa mendapatkan momen sunset yang indah di Tanjung Lesung, bisanya pengunjung bisa mengunjungi Pantai Bodur yang lokasinya tidak jauh dari kawasan tempat saya berada. Selain itu, ada juga Kampung Mongolian yang masih berada satu kawasan.

Tanjung Lesung sekarang juga sudah mempercantik diri. Di kawasan seluas 1500 hektare itu juga nantinya direncanakan bakal ada akses transportasi kereta untuk mempermudah akses pengunjung datang. (ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER