Berkolaborasi dengan Wardah, dan portal dagang online Hijup, serta mendapat dukungan dari Badan Ekonomi Kreatif, Dian memboyong 12 busana dalam peragaan di Paris. Lima dari 12 itu kemudian ia tampilkan lagi di Jakarta.
Untuk koleksinya kali ini, Dian memadu padan warna-warna pastel dan unsur
fleur de lys atau lambang bunga lili dalam kain tenun serta permainan motif abstrak.
 Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari |
Dian mengatakan dirinya selalu berusaha memadukan unsur negara tempat ia melakukan pertunjukan. Hal ini ia lakukan agar koleksinya bisa diterima di negara setempat. Dalam rangkaian fashion show-nya, Dian bercerita bahwa koleksi yang ia bawa masih dalam benang merah yang sama.
Saat Torino Fashion Week, misalnya, ia mengambil unsur baroque khas Italia. Di New York, ia mengambil inspirasi dari buku
Humans of New York sehingga lahir koleksi urban city look dengan busana r
eady to wear.
"Dear Paris inspirasinya dari bangunan, warnanya, detailnya, lalu motif batu tembok yang dituang dalam teknik batik, kain ATBM dengan motif kontemporer. Saya ingin penikmat fashion dunia tahu bahwa batik itu bisa seperti ini," katanya.
 Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari |
Mengingat Perancis sempat melarang pemakaian hijab, Dian mengatakan tampilnya dia di ajang peragaan busana itu memberi warna berbeda. Respons dari penonton kata dia memberinya kesan tersendiri.
Dian pun mengatakan dirinya sempat mengadakan acara kumpul bersama penikmat mode di Paris, dan mendengar kisah mereka yang tinggl di negara yang mayoritas non-muslim.
"Perancis sempat melarang hijab. Saya jadi bersyukur tinggal di Indonesia. Mendengar cerita mereka saya jadi ngerti dan ingin mempermudah akses untuk hijab," katanya.
Lewat postingan di Instagramnya, Dian Pelangi sempat berbagi potongan gambar dari peragaan busananya tersebut. Selain mengucapkan terima kasih pada Wardah dan Hijup, ia juga menyebut agensi DKAmbassador yang ditengarai mendukungnya untuk peragaan di Paris kali ini.
[Gambas:Instagram]