Strategi Kemenpar Pasarkan Paket Wisata di Crossborder

adv | CNN Indonesia
Sabtu, 21 Okt 2017 18:03 WIB
Strategi Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yaitu 'more for less, you get more you pay less' dinilai efektif menjaring wisman.
Jakarta, CNN Indonesia -- Strategi Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yaitu 'more for less, you get more you pay less' dinilai efektif menjaring wisman.  Hal itu diterapkan untuk pasar Singapura agar makin memikat.

Strategi itu diimplementasikan melalui paket-paket promosi dan wisata dengan harga kompetitif di hari-hari biasa (weekday/low) di pasar Batam-Bintan.  Strategi ini akan diperkuat dengan terus menggenjot promosi dan hard selling, serta mengembangkan dan mengombinasikannya di daerah-daerah lain.

Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Rizki Handayani Mustafa mengatakan sejak diluncurkan secara resmi oleh Menpar Arief Yahya pada bulan Agustus lalu, hingga kini tercatat lebih dari 60 industri di Batam, Bintan dan Tanjung Pinang yang bergabung dalam konsep ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari 60 industri tersebut, tercipta lebih dari 250 paket yang ditawarkan ke para wisatawan di Singapura dan Malaysia, khususnya di Johor Bahru.

"Setiap bulan kita lakukan pertemuan rutin dengan industri. Di situ kita koordinasi dan evaluasi mana paket-paket yang disukai, tidak disukai atau yang perlu dimodifikasi," ujar Rizki.

Hasilnya, jelas Rizki, hingga kini sudah terjual lebih dari 10.500 paket promosi dan wisata yang tidak hanya disukai wisatawan Singapura dan Malaysia, tetapi juga wisatawan lain yang ada di Singapura.

"Tidak hanya warga Singapura dan atau Malaysia, tapi banyak juga wisatawan lainnya yang ikut tergoda," kata Rizki.

Rizki menjelaskan, dari 250 paket wisata tersebut, selain paket leisure, wisman menikmati wisata golf serta spa.  "Jadi memang ke depan promosi akan terus kita lakukan di Singapura dan Malaysia, khususnya Johor Bahru," ujar Rizki.

Berbeda dengan Singapura yang sudah sangat mengenal Batam, wisatawan di Johor Bahru, Malaysia masih banyak yang belum mengenal Batam, Bintan dan Tanjung Pinang.

Mereka beranggapan bahwa wisata di Batam sangat mahal. "Karena image-nya banyak warga Singapura di sana. Jadi mereka menanggapnya sudah pasti mahal," ujar Rizki.

Namun setelah mendapat penjelasan, mereka akhirnya mengerti dan paham. Terlebih dengan adanya paket-paket dalam PWI Terpadu Crossborder yang harganya kompetitif. Wisatawan Johor Bahru pun langsung tergoda.

"Saat kami consumer selling di Johor Bahru beberapa waktu lalu, selama tiga hari penyelenggaraan langsung terjual 200 pax. Dan ini potensinya sangat besar. Jadi pendekatan Pak Menteri yang ini memang sangat efektif," kata Rizki.

Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, I Gde Pitana ikut mengamini pemaparan Rizki. Menurutnya feedback dari para pihak yang terkait, terutama industri sangatlah baik.

"Karena itu konsep yang dijalankan di Asia Tenggara ini kami akan kembangkan dan modifikasi ke daerah lain," ujar Pitana.

Kuncinya, kata Pitana, adalah memanfaatkan excess capacity. Ia menjelaskan, di daerah lain, seperti Bali sekalipun tentunya ada masa-masa saat tingkat keterisian pesawat ataupun hotel di bawah 60 persen. Di saat itulah maka strategi seperti ini akan diterapkan. Dengan tentunya melibatkan industri-industri yang ada.

"Ini juga akan kita terapkan di tempat lain, tidak hanya akses transportasi lewat laut tapi juga udara. Karena di udara juga ada excess capacity, tidak selalu penuh 100%. Untuk di Bali kita akan utamakan untuk tamu dari Australia," jelas Pitana.

"Di Bali, hotel di saat weekend mungkin penuh, tapi saat weekdays mungkin okupansinya hanya 60%. Jadi 40% sisa, daripada nol, lebih baik dijual dengan paket," jelas Pitana.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan program promosi terpadu seperti ini merupakan jurus ampuh dalam menjaring wisatawan, terutama mancanegara sebanyak-banyaknya.

"Dengan penggarapan yang baik maka pertumbuhan wisman di Batam-Bintan bisa meningkat tiga kali lipat. Begitu juga dengan daerah lain dengan modifikasi paket yang disesuaikan dengan market," kata  Arief.

Ia pun terus mengajak industri untuk memaksimalkan peluang ini. "Karena saat ini bukan yang besar makan yang kecil, tapi yang cepat makan yang lambat. Industri harus mau berinovasi, memodifikasi dalam melihat peluang pasar," jelas Arief. (odh/odh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER