Atlet Freediving Dunia Mulai Terpikat Bawah Laut Sabang

adv | CNN Indonesia
Kamis, 16 Nov 2017 18:10 WIB
Indonesia masuk tiga besar negara dengan wisatawan digital terbesar di dunia versi Travelport.
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia masuk tiga besar negara dengan wisatawan digital terbesar di dunia versi Travelport.

Travelport merupakan platform wisata niaga yang berbasis di Inggris. Baru-baru ini, Travelport merilis data terbaru tentang tren wisatawan digital, yakni wisatawan yang merencanakan, memesan dan melakukan perjalanan dengan memanfaatkan platform digital.

Hasilnya, India dan China yang merupakan negara kantong penyumbang wisman potensial ke Indonesia berada di urutan dua teratas. Indonesia sendiri berada di posisi ketiga. Kemudian disusul sejumlah negara lainnya seperti Brasil, Arab Saudi, Meksiko, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, Kolombia dan Italia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil riset tersebut menggambarkan bahwa langkah Menteri Pariwisata Arief Yahya yang menerapkan strategi “Go Digital” sangat tepat. India dan Cina sebagai pasar potensial, serta Indonesia sebagai destinasi telah sama-sama mengarah ke gaya hidup digital. Untuk menghubungkan ketiganya, atau bahkan dengan pasar lainnya ke Indonesia, strategi digital adalah yang paling tepat.

“Sejauh ini saya masih berkeyakinan, hasil yang luar biasa hanya bisa ditempuh dengan cara yang tidak biasa. Dan cara yang luar biasa itu adalah digital,” kata Arief Yahya.

Menurut Arief, digtal saat ini sudah bukan lagi gaya hidup, tapi sudah merupakan kebutuhan hidup, bahkan menuju ke kehutuhan primer. Generasi muda saat ini, misalnya, seolah tak bisa lepas dari gawai dan koneksi internet.

“Karena itu strategi media nya pun, sudah lebih banyak menggunakan digital. Di semua lini sudah digital, baik di pemasaran, destinasi, kelembagaan sudah menggunakan dashboard digital,” kata Arief Yahya.

Data menyebutkan, hingga September 2017, China memang menjadi negara penyumbang wisman terbesar ke Indonesia. Jumlah kunjungan dari negara ini mencapai 1.607.615 atau naik 45,68 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu. Sementara wisman asal India tercatat yang paling tinggi pertumbuhannya dengan menempatkan Bali sebagai destinasi favorit.

Hingga Juni 2017 wisatawan asal India ke Bali tercatat sebanyak 129.727 wisatawan. Jumlah tersebut naik 39,90 persen dibanding semester sama tahun sebelumnya yang tercatat 92.371 orang.

Arief mengatakan, strategi “Go Digital” menjadi penting karena konsumen sudah berubah jauh perilakunya menjadi semakin digital. Para pelancong saat ini dimana pun dan kapan pun saling terkoneksi dengan adanya mobile apps/devices.

"Maka jika kita tidak berubah mengikuti perilaku konsumen, kita akan mati. Buktinya jelas, wisatawan digital semakin besar," ujarnya.

Tidak hanya bagi wisman yang akan pelesiran ke Indonesia, “Go Digital” juga sangat penting dalam mengembangkan perjalanan wisatawan nusantara.

Managing Director Travelport Asia Pacific (APAC) Mark Meehan mengatakan, berdasarkan survei, saat merencanakan perjalanan, wisatawan Indonesia lebih suka melakukan riset. Sebanyak 93 persen responden mengaku menggunakan video dan foto dari media sosial untuk memandu mereka terkait destinasi yang akan dituju. Angka ini di atas rata-rata responden di Asia Pasifik yang hanya 76 persen.

Selanjutnya dari penelitian ini juga diketahui bahwa sebanyak 84 persen wisatawan domestik memanfaatkan jasa profesional di agen perjalanan untuk merencanakan perjalanan. Sebanyak 68 persen responden mengaku memesannya melalui ponsel pintar. Ini merupakan persentase tertinggi di dunia.

"Digitalisasi mampu menciptakan jumlah pelancong dan permintaan perjalanan yang lebih besar di Indonesia. Pengalaman perjalanan menjadi semakin transparan. Pelancong bisa saling membandingkan berbagai layanan seperti tarif," ujar Mark.

Pengusaha yang juga pendiri Helmy Yahya Broadcasting Academy, Helmy Yahya, berpendapat hasil yang dirilis Travelport tentunya sangat sesuai dengan perkembangan yang ada saat ini. Bahwa traveler sangat tergantung kepada smartphone dan teknologi digital untuk apapun. Baik mulai dari perencanaan, mencari informasi, memesan hotel hingga saat mereka tiba di destinasi.

"Setelah mereka selesai dari perjalanan, mereka pun menuliskan atau mengabadikan pengalamanya itu melalui konten digital. Di sosial media," ujar Helmy.

Ia mengatakan bahwa perilaku traveler sudah berubah. Jika ingin menjangkau mereka, tentunya harus masuk ke dalam minatnya mereka.

"Celakanya masih banyak di kita, terutama birokrat masih ada yang tidak sadar dengan hal demikian. Traveler saat ini membutuhkan informasi secara digital, pelayanan digital, mereka butuh transaksi digital," katanya.

Ia pun memberikan apresiasi atas apa yang telah dilakukan Kementerian Pariwisata di bawah komando Menteri Arief Yahya yang telah menggaungkan “Go Digital”.

"Saya pernah diundang ke War Room, dan saya terkagum-kagum bahwa Kemenpar dengan begitu detail memantau segala perkembangan dengan digital. Perubahan itu diharapkan terus semakin ke bawah ke tingkat daearah. Kemenparnya, menterinya sudah sangat sadar, tinggal bagaimana menularkan ide itu ke daerah-daerah," ujar Helmy Yahya.

Kemenpar sebelumnya telah meluncurkan War Room. Yaitu pusat kendali "peperangan" berupa perangkat berbasis digital yang memungkinkan Kemenpar mengambil keputusan-keputusan secara cepat berbasis pada data real time.

Selain itu juga ada platform online marketplace pariwisata Indonesia yaitu ITX (Indonesia Travel Exchange). Platform ini berfungsi sebagai hub yang mempertemukan permintaan dan penawaran industri pariwisata Indonesia.

Di sisi lain, sejumlah komunitas di berbagai daerah juga telah memanfaatkan strategi digital dalam menciptakan pasar, berpromosi dan publikasi.

Komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Jawa Tengah misalnya, yang telah sukses menghadirkan atraksi wisata "Pasar Karetan". Pasar ini merupakan hasil terobosan promosi dan sosialisasi pariwisata dengan menggali potensi wisata yang ada di daerah, kemudian secara kreatif menjadikannya sebuah atraksi dengan sosial media sebagai senjata utama.

Secara berkesinambungan atraksi ini kemudian diadopsi oleh komunitas lainnya. Seperti Pasar Pancingan Lombok dan Pasar Siti Nurbaya di Sumatera Barat.

Sementara itu, CEO Good News From Indonesia Wahyu Aji menambahkan, apa yang dilakukan GenPI tentunya akan menjadi konten yang baik dalam skema digital. Bahwa etika dan norma di dunia media sosial bisa dihadirkan dengan konten-konten positif, salah satunya pariwisata.

"Ini bisa menjadi contoh bagi masyarakat dalam menggunakan sosial media untuk berbagi konten menarik yang mempromosikan Indonesia," ujar Wahyu.

Good News From Indonesia sendiri diutarakan Wahyu sedang menjalankan "mobile project" yang mengajak setiap orang menggunakan ponsel pintar mereka untuk mengangkat hal-hal menarik tentang Indonesia.

"Saat ini tema yang sedang berjalan adalah tentang budaya. Siapa pun kita dorong untuk merekam ragam budaya Indonesia dan berbagi informasinya sehingga menjadi konten yang menarik," ujar Wahyu.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER