Jakarta, CNN Indonesia -- Menuai kontroversi sekaligus prestasi, itulah yang dialami oleh film ‘Call Me by Your Name’. Film yang kisahnya diangkat dari novel karangan André Acime ini berkisah mengenai musim panas penuh cinta di Italia pada tahun 1983.
Film yang dibintangi oleh Armie Hammer dan Timothée Chalamet ini berlokasi syuting di Crema, Lombardy, kawasan selatan Italia yang merupakan kampung halaman sang sutradara, Luca Guadagnino.
Crema merupakan kota seluas 34 kilometer persegi yang berjarak 40 kilometer dari Milan. Kota kecil ini dikelilingi oleh lahan hijau yang serba luas dan masih lestari, karena penduduknya hanya berjumlah 34 ribuan orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada banyak bangunan bersejarah di sana, seperti Katedral Crema, Gereja Santa Maria della Croce, Kastel Praetorian, serta tiga alun-alun yang dihiasi pahatan patung kuno.
Dengan lagu latar yang digubah oleh musisi indie-folk Sufjan Stevens, keindahan kawasan tersebut terangkum dengan baik dalam film ini.
Selain vila, lokasi syuting yang juga terangkum keindahannya dalam film ini ialah Teluk Grottoes of Catullus, Danau Garda, Tebing Cascate del Serio, Desa Montodine dan Desa Ripalta Cremasca.
Dikutip dari
Indiwire, sang penata kamera Sayombhu Mukdeeprom, mengaku sangat terkesan dengan suasana musim panas di sana.
Saking tropisnya, Crema disebut sebagai salah satu kota di dunia yang hanya akan diguyur hujan satu hari dalam satu abad.
“Saya hanya merekam gambar dengan kamera film dan cahaya matahari di sana sangat membantu proses pengambilan gambar dengan warna yang saya inginkan,” kata Mukdeeprom, yang juga mengatakan kalau rencana syuting selama sebulan harus mengorbankan dua hari jeda karena hujan deras.
 Tebing Cascate del Serio, lokasi syuting film yang sempat dilanda hujan deras. (Courtesy of Frenesy Film Company) |
Mengenai pemilihan lokasi, Guadagnino mengaku kalau keputusan tersebut murni keinginannya. Awalnya syuting film ini akan berlokasi di kawasan pesisir Italian Riviera.
“Saya merasa bakal lebih memahami film ini jika membuatnya di lokasi yang sudah saya ketahui,” ujar Guadagnino. Dan memang benar, banyak kritikus film yang mengatakan kalau penggambaran lokasi dalam film tak jauh berbeda dengan penggambaran dalam novelnya.
Dalam wawancara dengan
Architectural Digest, Guadagnino mengaku kalau sejak kecil ia sangat mengagumi bangunan vila milik keluarga Perlman yang menjadi lokasi syuting film ‘Call Me by Your Name’.
“Sejak lama saya mengagumi bangunan itu. Saya selalu bermimpi untuk membelinya, tapi saya sadar bahwa saya tidak akan pernah bisa membelinya. Jadi saya mewujudkan keinginan saya melalui film ini,” kata Guadagnino.
Sebelum syuting film dimulai, tim produksi menghabiskan waktu sebulan penuh untuk merasakan suasana Crema. Dua aktor utama Hammer dan Chalamet mengaku merasa terkesan dengan suasana hangat khas Italia di sana.
“Selama sebulan penuh kami sering kongko untuk mengakrabkan diri. Kami merasa bagai turis Amerika yang selalu terkesan dengan setiap pemandangan yang ada,” kata Hammer, yang mengaku sering "kabur" untuk bersepeda di Crema di tengah waktu syuting.
[Gambas:Instagram]Dengan banyaknya perkebunan sayur dan buah, wisata kuliner khas Italia sudah pasti bisa dilakukan di Crema.
Dikutip dari situs Michelin, ada empat restoran yang mendapat Bintang Michelin di sana, yakni Trattoria Via Vai, Il Postiglione, La Kuccagna, dan San Martino.
Setiap pertengahan bulan Agustus juga ada festival kuliner Tortellata Cremasca yang ramai didatangi turis.
Film ‘Call Me by Your Name’ telah mendapat penghargaan dari American Film Institute, Chéries-Chéris, National Board of Review, dan belasan penghargaan bergengsi lainnya.
Dari biaya produksi sebesar US$3,5 juta, film ini telah mendapat keuntungan sebesar US$10,1 juta.
Rencana pembuatan sekuelnya saat ini juga sedang menjadi topik hangat di media sosial.
[Gambas:Youtube] (ard)