Tantangan Jakarta Mewujudkan Wisata Halal

agr | CNN Indonesia
Minggu, 25 Mar 2018 15:08 WIB
Jakarta bisa mencontoh Nusa Tenggara Barat jika ingin serius menjadi destinasi wisata halal.
Pengunjung rela mengantri berjam-jam untuk dapat berkunjung di puncak Monas. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wacana Jakarta menjadi destinasi wisata halal pada tahun 2020 belum lama ini dicetuskan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Rencana tersebut tentu saja menuai pro dan kontra, salah satunya karena tidak sedikit pihak yang salah paham terhadap konsep wisata halal.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata, Riyanto Sofyan, berkata banyak pihak yang 'keblinger' antara wisata religi dengan wisata halal. Ia mengatakan anggapan tersebut malah mempersempit peluang Indonesia untuk mengembangkan potensi wisata halalnya.

"Tantangan utama Jakarta menuju destinasi wisata halal adalah meningkatkan kesadaran bahwa prospek dari pariwisata halal itu bagus," kata Riyanto kepada CNNIndonesia.com saat dihubungi via telepon pada Selasa (20/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Riyanto yang membedakan wisata halal dengan wisata lainnya hanyalah fasilitas penunjang untuk para wisatawan muslim. Bahkan, ia menegaskan, tidak ada paksaan bagi siapapun untuk terlibat dalam pasar yang sedang berkembang ini.

Pria yang menjabat sebagai pemilik jaringan Hotel Sofyan ini mengatakan, rendahnya kesadaran akan sertifikasi halal juga menjadi tantangan yang besar untuk perkembangan wisata halal, khususnya di Jakarta.

Banyak pemilik bisnis wisata yang belum melakukan sertifikasi halal karena merasa Indonesia yang penduduknya mayoritas Islam sudah dipandang halal oleh dunia. Padahal, ada beberapa aspek yang perlu cap halal bersertifikat, seperti bahan makanan dan minuman yang bakal dikonsumsi turis Muslim. 

Terkait sertifikasi, Riyanto menambahkan, Jakarta bisa mencontoh Nusa Tenggara Barat (NTB) jika ingin serius menjadi destinasi wisata halal.

Menurutnya, Pemda NTB mengalokasikan dana untuk melakukan pelatihan tentang wisata halal dan mensubsidi sertifikasi halal, baik itu hotel maupun restoran.

Riyanto 'membocorkan' kunci keberhasilan Lombok dalam memenangkan kategori 'World's Best Halal Honeymoon Destination' dan 'World's Best Halal Tourism Destination' pada World Halal Travel Award 2015 adalah sertifikasi.

"Pemda sangat menentukan. Jadi jika Jakarta ingin dijadikan destinasi wisata halal, pemda harus mempunyai kebijakan dan regulasi yang mendorong pengembangan pariwisata halal. Sekaligus mengalokasikan anggaran untuk membantu para pelaku usaha," kata Riyanto.

Agar tidak terjadi penyelewengan terkait hal sertifikasi ini, Riyanto melanjutkan, kedepannya Dewan Syariah Nasional selaku badan yang melakukan serfitikasi akan diatur ranahnya, agar tidak menjadi beban bagi pelaku usaha.

Mengenai 'ketakutan-ketakutan' akan adanya pemisah atau zonasi antara kawasan halal dan tidak halal di Jakarta, Riyanto menegaskan bahwa program yang sedang dikembangkannya tidak mengenal istilah zonasi. Namun jika ada daerah yang menerapkannya itu adalah pilihan.

"Kami tidak mengacu pada zonasinya, tapi lebih kepada pengembangan infrastruktur wisata halal agar wisatawan muslim menjadi nyaman dan bisa tetap menerapkan gaya hidup halal," kata Riyanto.

Riyanto menegaskan Jakarta sudah layak masuk Top 5 Destinasi Prioritas Wisata Halal, mengingat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta pada tahun 2017 sejumlah 2,6 juta orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 persen yang masuk ke Jakarta adalah turis muslim.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER