Jakarta, CNN Indonesia -- Ikan kaleng atau yang kerap disebut sarden ternyata mengandung cacing di dalamnya. Temuan ini diungkapkan oleh BPOM RI.
"Ada 27 merek yang positif mengandung parasit cacing. Sebanyak 16 produk impor dan 11 dalam negeri," kata Kepala BPOM Penny Lukito pada jumpa pers di kantor BPOM di Jakarta, Rabu (28/3).
Ahli gizi Ika Setyani dari MRCCC Siloam Semanggi mengungkapkan bahwa agar terhindar dari berbahai hal yang tak diinginkan, Anda harus waspada untuk tak memilih kaleng yang sudah penyok atau gembung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hindari memilih makanan kaleng yang sudah kondis fisiknya sudah kelihatan tak bagus. Karena memungkinkan adanya bakteri, kotoran, dan lainnya," katanya kepada
CNNIndonesia.com.Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah berapakah kandungan gizi dari ikan makarel kaleng tersebut?
Berdasarkan buku Tabel Komposisi Pangan Indonesia dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia yang diterbitkan tahun 2009 lalu, ikan kaleng atau sarden ini memiliki nilai protein yang cukup tinggi.
Berdasarkan buku panduan tersebut, ikan kaleng yang dituliskan sebagai sarden mengandung air 72,7 gram, energi 109 kkal, protein 19,9 gram, lemak 1,8 gram, dan karbohidrat 3,4 gram.
Hanya saja angka nilai gizi ikan kaleng ini dikatakan menurun dibanding dengan jumlah nilai gizinya saat masih segar.
"Dibandingkan dengan ikan segar, ikan kaleng biasanya turun nilai gizinya," kata Ika.
"Penurunan nilai gizi ini disebabkan karena adanya proses pemasakan. Metode memasak dan lamanya memasak akan menurunkan nilai gizinya."
Hanya saja dia menambahkan bahwa hal ini tak berarti kalau makanan kalengan tak memiliki nilai gizi tinggi. Dalam proses pengalengan, ikan kaleng ini ternyata juga diproses untuk meningkatkan nilai gizinya.
"Proses pemasakan itu tidak benar-benar hanya ikan saja. Pasti ada tambahan minyak, mungkin sayuran, dan gula, jadi nilai gizinya masih dibilang masih oke," ucapnya.
"Tapi biasanya, makanan kaleng ini juga diberi fortifikasi atau penambahan zat gizi untuk meningkatkan kandungannya."
Fortifikasi ini dianggap penting untuk makanan kaleng karena di dalam suhu panas akibat pemasakan, vitamin akan mudah rusak. Fortifikasi sendiri dilakukan untuk menambahkan vitamin yang lebih stabil di suhu panas.
"Jadi kandungan vitamin yang hilang saat proses memasak bisa tetap atau paling tidak hilangnya sedikit."
(chs)