Jakarta, CNN Indonesia -- Bukan cuma
Facebook yang mengalami pembobolan 50 juta data penggunanya di seluruh dunia. Pencurian data pengguna ini dilakukan oleh Cambridge Analytica beberapa waktu lalu.
Kali ini giliran toko ritel fesyen Saks dan Lord & Taylor di Amerika Utara mengalami masalah serupa. Pada Minggu (1/4), Hudson's Bay, perusahaan induk toko-toko ritel tersebut mengungkapkan bahwa toko itu mengalami masalah kebocoran data pembayaran lewat kartu kredit pelanggan.
Hudson's Bay yang berbasis di Kanada tak mengungkapkan berapa banyak kartu kredit dan debit yang terpengaruh karena pembobolan data pelanggan di Saks Fifth Avenue, Saks Off Fifth, dan departement store Lord & Taylor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan menyebutkan bahwa ada sekitar lima juta data kartu kredit dan debut yang dicuri pembobol. Laporan berita juga mengungkapkan bahwa para peretas sudah memasang tarif untuk mengakses data kartu kredit dan debit tersebut ke
website gelap, tempat para penjahat beroperasi.
Mengutip
People, perusahaan keamanan yang berbasis di New York, Gemini Advisory LLC mengungkapkan bahwa aksi peretasan ini dilakukan oleh kelompok bernama JokerStash. Mereka mengklaim sudah menjual sekitar lima juta data kartu kredit dan debit curian, yang diakuinya berasal dari pelanggan Saks dan Lord & Taylor.
"HBC (Hudson Bay Company) sudah mengidentifikasi masalah ini dan sudah mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikannya," kata perusahaan tersebut kepada
AFP.
Mereka mengklaim bahwa tak ada tanda-tanda pembobolan tersebut memengaruhi alur e-commerce atau platform digital lainnya, toko-toko Hudson Bay, Home Outfitters, atau HBC Eropa.
Perusahaan tersebut juga mengungkapkan bahwa pelanggan tidak akan bertanggung jawab jika menjadi terindikasi adanya beban biaya tagihan yang ditagihkan dari ritel fesyen tersebut akibat aksi pembobolan di kartu mereka.
Sebelum terjadi pada ritel fesyen, aksi peretasan juga terjadi di aplikasi kebugaran Under Armor. Perusahaan yang juga membuat pakaian olahraga dan perlengkapannya ini mengungkapkan bahwa aksi peretasan data tersebut memengaruhi sekitar 150 juta akun penggunanya.
Yahoo, toko ritel Target, dan biro kredit Equifax juga termasuk di antara perusahaan yang melaporkan terjadinya pencurian data dalam beberapa tahun terakhir.
(chs)