Jakarta, CNN Indonesia -- Selain pantai dan hutan, Provinsi Bengkulu juga dikenal sebagai 'rumah' bagi beberapa bunga raksasa. Salah satu bunga raksasa itu bernama
Rafflesia. Nama tersebut diambil dari nama pemimpin ekspedisi sekaligus Gubernur Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles.
Rafflesia adalah genus tumbuhan bunga parasit yang ditemukan sekitar tahun 1818. Bunga ini adalah bunga terbesar di dunia dengan diameter 100 cm. Bunga ini membutuhkan enam sampai delapan bulan untuk tumbuh dan 15 hari setelah itu untuk berbunga. Keunikan dari bunga ini adalah tidak adanya akar, daun dan batang.
Sayangnya, masih banyak orang yang menyamakan bunga Rafflesia dengan bunga bangkai (
Amorphophallus). Meskipun
Rafflesia maupun
Amorphophallus adalah tumbuhan bunga yang berukuran besar, namun hubungan kekerabatan mereka jauh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk meluruskan pemahaman yang salah itu, sebuah komunitas di Bengkulu yang diberi nama Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) dibentuk oleh beberapa orang. Selain meluruskan pemahaman yang salah, kondisi habitat bunga Rafflesia juga menjadi fokusnya.
"Komunitas ini terbentuk karena keprihatinan kita akan nama Bengkulu yang dikenal sebagai bumi Rafflesia, tapi bunga dan habitatnya tidak mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah," ujar koordinator KPPL Bengkulu, Sofian, saat dihubungi
CNNIndonesia.com lewat telepon, pekan kemarin.
Sofian mengatakan tujuan utama KPPL adalah memperkenalkan bunga-bunga langka di Bengkulu, kemudian menginformasikannya kepada masyarakat.
KPPL, Sofian melanjutkan, juga membangun jejaring dengan pihak pengelola kawasan untuk membantu menyebarkan informasi terkait momen kemekaran bunga Rafflesia lewat media sosial.
Selain Rafflesia, ia menambahkan, Bengkulu memiliki beberapa jenis puspa langka yang harus dilindungi.
"Di bengkulu ada lima jenis bunga Rafflesia, kemudian ada bunga bangkai atau Amorphopallus yang terdiri dari banyak jenis, dan ada dua jenis anggrek hutan yang langka. Satu lagi, kerabat bunga Rafflesia namanya Rizantes," ujar Sofian bersemangat.
Melihat potensi ini, KPPL kemudian berinisiatif menggelar Ekspedisi Rafflesia yang diselenggarakan untuk pertama kalinya sekitar delapan tahun silam.
[Gambas:Instagram]"Sekitar tahun 2010, ekspedisi rafflesia itu bisa berlangsung hampir setiap bulan. Tapi (ekspedisi) yang terakhir itu hari Minggu (26/5) kemarin. Kami melakukan ekspedisi dan melihat Rafflesia Kemumu," ujarya.
Terkait ekspedisi, Sofian mengatakan pihaknya tidak menetapkan tarif namun ada sumbangan sukarela untuk pelestarian bunga Rafflesia dan habitatnya. Namun, ia menambahkan, faktor transportasi, konsumsi, dan akomodasi untuk melihat bunga Rafflesia menjadi tanggungan pengunjung.
"Ekspedisi rafflesia ini bisa dibilang wisata rafflesia. Sifatnya menjurus ke wisata minat khusus, karena untuk mencapai lokasi rafflesia tidak jarang masuk hutan, bertemu air terjun, tebing, gua, bertemu satwa, dan lain-lain. Jadi ini lebih ke unsur petualangan," katanya.
"Rafflesia tidak mengenal musim, untuk memprediksi dia mekar itu memang susah. Tapi berdaarkan pengalaman kami di lapangan, hamir setia bulan ada bunga rafflesia yang mekar, tanpa mengenal musim kemarau atau musim hujan."
Sofian menyarankan jika ingin melihat Rafflesia di memen terbaikna, datanglah di hari pertama hingga hari keempat saat bunga mekar. Untuk itu ia menyarankan, untuk menghubungi KPPL terlebih dulu jika ingin melihat Rafflesia.
Libur lebaran, Sofian menambahkan, menjadi momen terpadat untuk melihat bunga rafflesia karena peminatnya melonjak pesat.
[Gambas:Instagram]"Ada juga pengunjung dari luar sumatera bahkan luar negeri. Lokasi tujuan melihat Rafflesia bisa bermacam-macam, ada yang hanya berjarak satu setengah jam hingga tujuh jam dari kota. Tinggal maunya kemana saja. Cuma kalau yang jauh ya harus menginap, gak bisa bolak-balik," katanya.
Terkait informasi kemekaran puspa langka di Bengkulu, Sofian menyarankan untuk memantau akun media sosial KPPL Bengkulu.
(agr)