Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah studi belum lama ini mengungkap bahwa volume musik yang dimainkan di restoran punya efek pada pilihan menu yang dipesan.
Dilansir dari The Independent, studi yang dipublikasikan di jurnal Springer tersebut mengungkapkan volume musik membawa pengaruh pada detak jantung dan gairah.
Musik yang lembut mendayu memiliki efek relaksan sehingga konsumen lebih mempertimbangkan apa yang ia pesan. Sedangkan musik yang lebih keras meningkatkan stimulasi dan stres sehingga pilihan bisa jatuh pada makanan yang tidak sehat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi eksperimen melibatkan kafe di Stockholm, Swedia. Di cafe, musik diputar dengan volume berbeda yakni 55 desibel dan 70 desibel. Pilihan menu dibedakan menjadi tiga yakni, makanan sehat, tidak sehat dan netral.
Selama beberapa jam, periset mempelajari tingkah polah konsumen. Data menunjukkan, lebih dari 20 persen konsumen memesan makanan tidak sehat saat musik diputar dengan volume keras.
"Restoran dan supermarket bisa menggunakan musik latar sebagai strategi untuk mempengaruhi tingkah laku konsumen," kata penulis studi, Dipayan Biswas dari Universitas Florida Selatan dikutip dari
The Independent, baru-baru ini.
Menurut Dipayan, atmosfer ruangan jadi begitu penting sebagai 'senjata' strategis restoran maupun retail makanan lain.
Musik di restoran rupanya bukan perkara sepele. Pada 2017 silam, kepolisian menerima 71 laporan terkait tindak kejahatan di sekitar cabang McDonald's di Sheperd's Bush, London. Pemilik franchise, Atul Pathak berupaya mengurangi tindak kriminal termasuk dengan memainkan musik klasik dan mematikan wifi.
Menurut juru bicara restoran, pihaknya sudah melakukan tes dan hasilnya positif. Musik klasik nan lawas mendorong tingkah laku konsumen menjadi lebih positif.
"Biasanya, musik klasik akan dimainkan dari malam, dan dalam beberapa kasus, hanya (dimainkan) di beberapa restoran," katanya dikutip dari
Standard. (rah)