Alasan Opor dan Ketupat Jadi Makanan Lebaran

Puput Tripeni Juniman | CNN Indonesia
Jumat, 15 Jun 2018 15:14 WIB
Opor dan ketupat tak bisa dipisahkan dari hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Apa alasan di baliknya?
Opor dan ketupat tak bisa dipisahkan dari hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Apa alasan di baliknya? (Dok/Foto: Thinkstock/Vidiawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Opor ayam dan ketupat merupakan paduan makanan yang dapat dengan mudah ditemui di rumah-rumah yang merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Makanan ini seolah tak bisa dipisahkan dari Lebaran.

Menurut pengamat sosial budaya Devie Rahmawati, opor ayam dan ketupat sudah menjadi tradisi yang ditanamkan turun temurun di Indonesia dari generasi ke generasi sehingga sulit dilupakan. Makanan ini memiliki rasa yang khas dengan bumbu rempah asli Indonesia dan sudah diberikan sejak kecil kepada anak-anak.

Secara filosofis, Devie menilai opor ayam dan ketupat disajikan lantaran memiliki rasa yang bersifat kenangan dan membangkitkan nostalgia terhadap masa lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Secara filosofis opor dan ketupat mengandung kenangan dari aromanya dan rasanya sehingga bersifat romantik terhadap diri kita," kata Devie kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Devie menjelaskan rasa dari opor ayam dan ketupat ini merupakan rasa yang umumnya dicari saat momen berkumpul saat Lebaran bersama keluarga setelah terpisah sepanjang tahun.

Menurut Devie, setelah terpisah, makanan berupa opor ayam atau ketupat merupakan salah satu penyatu di Hari Raya. Makanan ini juga dianggap spesial lantaran pembuatan yang rumit. Devie menggolongkan opor ayam dan ketupat sebagai slow food.

"Ini kan makanan slow food yaitu makanan yang butuh waktu untuk memasak dan hanya di masak saat liburan saja. Butuh waktu lama untuk memasak dengan sempurna. Enggak mungkin dibuat di hari biasa walaupun rasanya enak," tutur Devie yang merupakan akademisi di Universitas Indonesia.


Opor ayam dan ketupat juga bakal menimbulkan kesan yang mendalam karena kebanyakan masyarakat saat ini mengonsumsi makanan cepat saji dan jarang menyantap makanan kaya rempah.

"Slow food ini menjadi artefak masa lalu, kenangan, melalui aroma yang dulu pernah kita ingat. Karena di lidah itu sesuatu akan selalu tinggal di diri kita menjadi rasa yang kita ingat," ucap Devie. (rah)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER