SURAT DARI RANTAU

Melihat Dunia Bersatu dalam Piala Dunia Rusia

Puspita Atirennu | CNN Indonesia
Minggu, 24 Jun 2018 16:20 WIB
Satu hal yang saya pelajari dari ajang Piala Dunia adalah bagaimana sepak bola mampu menyatukan dunia.
Stadion St. Petersburg (AFP PHOTO / OLGA MALTSEVA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun ini hajatan empat tahunan para maniak sepak bola dihelat di Rusia. Selain ibu kota Moskow, kota St. Petersburg menjadi tuan rumah untuk tujuh pertandingan hingga ke perebutan juara ke-tiga.

Tak mengeherankan jika suasana St. Petersburg serta merta berubah menjadi salah satu lokasi "halal bi halal" seluruh warga dunia.

Untuk itulah saya secara sadar dan sungguh-sungguh mendaftar sebagai relawan untuk Piala Dunia yang digelar mulai 14 samoai 15 Juni 2018.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasannya utamanya saya ingin bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara.

Saya bukanlah pemerhati sepak bola apalagi maniak sebuah tim sepak bola.

Namun jika dipaksa harus memilih tim jagoan, saya bakal memilih Rusia, negara yang telah menjadi tempat tinggal saya untuk menempuh pendidikan beberapa tahun belakangan ini.

Lewat bahasa Rusia juga akhirnya saya bisa ikut berkontribusi dalam ajang bersejarah ini.

Ada dua jenis relawan di Piala Dunia Rusia, yang pertama relawan untuk keseluruhan acara dan yang kedua relawan khusus kota penyelenggara.

Saya mendapat kesempatan menjadi relawan yang kedua. Meski tidak mendapat bayaran, tapi saya tetap senang melakoni profesi singkat ini.

Tugas saya adalah menjaga bagian informasi, sekaligus menyiapkan lokasi untuk nonton bareng (nobar) bagi mereka yang tidak mendapatkan tiket masuk ke dalam stadion.

Satu hal yang saya pelajari dari ajang Piala Dunia adalah bagaimana sepak bola mampu menyatukan dunia. 

Dalam suasana nobar mereka tetap akrab walau berbeda tim yang didukungnya.

St. Petersburg hanyalah kota terbesar kedua di Rusia, namun jauh sebelum Piala Dunia kota ini sudah lebih dulu dikenal ramah terhadap wisatawan mancanegara.

Yang saya dengar banyak wisatawan gentar untuk berkunjung ke Rusia karena merasa tak mampu berbahasa Rusia. Tapi percayalah, St. Petersburg tak jauh berbeda dengan Singapura atau London dalam hal aksesbilitas pariwisata.

Hal itu bisa dibuktikan dari banyaknya papan nama yang berbahasa Inggris di sini. Sebagian besar penduduknya juga fasih berbahasa internasional tersebut.

Berwisata di St. Petersburg juga tak melulu mahal. Selain banyaknya bangunan bersejarah yang bisa dimasuki, salah satu atraksi wisata yang paling saya suka ialah mengamati kapal yang melintas di bawah jembatan.

Setiap dua jam sekali ada saja kapal yang melintas di bawah jembatan. Selain saya, banyak wisatawan yang ikut menunggu pemandangan unik itu.

Biasanya kami menunggu kapal lewat sambil kongko di kedai kopi atau bar yang berada di sekitar jembatan.

---


Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, sila hubungi surel berikut: [email protected], [email protected], [email protected].

Kami tunggu!

(agr/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER