
Berkomitmen Atasi Stunting, Jokowi Dipuji Presiden Bank Dunia
Galih Gumelar, CNN Indonesia | Kamis, 05/07/2018 12:07 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim memuji Presiden Joko Widodo karena komitmennya memberantas masalah stunting (kerdil) anak.
Menurut Kim, Jokowi punya kepemimpinan yang baik. Hal ini dianggap menjadi bekal dalam penanganan pemberantasan stunting yang sukses.
"Elemen penting dalam program pemberantasan stunting yang sukses adalah visi dan kepemimpinan yang kuat dari atas. Presiden Joko Widodo telah menunjukkan kepemimpinan itu lebih baik dibanding negara berkembang lain sepanjang sejarah," jelas Kim di Desa Caringin, Kabupaten Bogor, Rabu (4/7).
Ia melanjutkan, stunting adalah masalah umum di negara-negara berkembang. Namun, stunting bisa menjadi masalah yang berbahaya jika tidak disembuhkan sesegera mungkin. Sebab, mereka jadi tidak bisa berpartisipasi aktif di dalam ekonomi masa depan.
Tingkat anak-anak penderita stunting sebetulnya bisa ditekan dengan cepat, namun hanya beberapa negara saja yang bisa melakukan itu. Namun saat kunjungannya ke Indonesia, Kim yakin Indonesia bisa mengatasi masalah stunting sesegera mungkin.
"Kunjungan saya ke Indonesia telah mengajarkan saya bahwa Indonesia bisa memberi contoh bahwa kepemimpinan yang baik, teknologi, dan partisipasi masyarakat sipil bisa membuat negara ini bisa berkompetisi secara efektif di kancah dunia. Itu juga akan menjadi pelajaran penting bagi seluruh negara di dunia," imbuhnya.
Secara khusus, Kim juga mengatakan bahwa Jokowi meminta bantuan Bank Dunia untuk memerangi stunting dengan cara yang lebih inovatif, seperti penggunaan teknologi modern, pemanfaatan organisasi masyarakat Islam, dan sektor swasta.
"Jika itu dikombinasikan secara bersama, kami yakin bisa membawa stunting turun secepat mungkin," jelasnya.
Tingkat penurunan stunting di Indonesia sudah turun dari level 37,2 persen dari jumlah balita di tahun 2014 menjadi 26,1 persen di tahun 2016. Meski demikian, angka ini masih di atas standar World Health Organization (WHO) yakni 20 persen.
Kementerian Keuangan sendiri telah mengalokasikan Rp49,76 triliun demi penanganan stunting di dalam APBN 2018 yang disebar ke Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Sosial, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (chs)
Menurut Kim, Jokowi punya kepemimpinan yang baik. Hal ini dianggap menjadi bekal dalam penanganan pemberantasan stunting yang sukses.
"Elemen penting dalam program pemberantasan stunting yang sukses adalah visi dan kepemimpinan yang kuat dari atas. Presiden Joko Widodo telah menunjukkan kepemimpinan itu lebih baik dibanding negara berkembang lain sepanjang sejarah," jelas Kim di Desa Caringin, Kabupaten Bogor, Rabu (4/7).
Ia melanjutkan, stunting adalah masalah umum di negara-negara berkembang. Namun, stunting bisa menjadi masalah yang berbahaya jika tidak disembuhkan sesegera mungkin. Sebab, mereka jadi tidak bisa berpartisipasi aktif di dalam ekonomi masa depan.
Tingkat anak-anak penderita stunting sebetulnya bisa ditekan dengan cepat, namun hanya beberapa negara saja yang bisa melakukan itu. Namun saat kunjungannya ke Indonesia, Kim yakin Indonesia bisa mengatasi masalah stunting sesegera mungkin.
"Kunjungan saya ke Indonesia telah mengajarkan saya bahwa Indonesia bisa memberi contoh bahwa kepemimpinan yang baik, teknologi, dan partisipasi masyarakat sipil bisa membuat negara ini bisa berkompetisi secara efektif di kancah dunia. Itu juga akan menjadi pelajaran penting bagi seluruh negara di dunia," imbuhnya.
Secara khusus, Kim juga mengatakan bahwa Jokowi meminta bantuan Bank Dunia untuk memerangi stunting dengan cara yang lebih inovatif, seperti penggunaan teknologi modern, pemanfaatan organisasi masyarakat Islam, dan sektor swasta.
"Jika itu dikombinasikan secara bersama, kami yakin bisa membawa stunting turun secepat mungkin," jelasnya.
Tingkat penurunan stunting di Indonesia sudah turun dari level 37,2 persen dari jumlah balita di tahun 2014 menjadi 26,1 persen di tahun 2016. Meski demikian, angka ini masih di atas standar World Health Organization (WHO) yakni 20 persen.
Kementerian Keuangan sendiri telah mengalokasikan Rp49,76 triliun demi penanganan stunting di dalam APBN 2018 yang disebar ke Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Sosial, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (chs)
ARTIKEL TERKAIT

Teori Baru di Balik Kematian Bruce Lee
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Alasan Filler Payudara Sebaiknya Tak Dilakukan
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Pramugari Berisiko Lebih Besar Terkena Kanker
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Wanita yang Suka Bangun Pagi Lebih Jarang Kena Depresi
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Studi: Empat Cangkir Kopi Sehari Tingkatkan Kesehatan Jantung
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Tips agar Tetap Sehat kala Begadang Nonton Piala Dunia 2018
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

Golkar Dorong Pemerintah Segera Terbitkan UU Ibu Kota Baru
Nasional • 06 December 2019 04:55
Kejar Target, Konsumsi Ikan per Kapita Baru Capai 50,49 Kg
Ekonomi • 24 November 2019 11:48
Merasa Stunting, Tito Selalu Baris Paling Belakang di AKABRI
Nasional • 19 November 2019 14:06
Ma'ruf Amin: Nikah Berantakan, Bangsa Juga Berantakan
Nasional • 15 November 2019 17:16
TERPOPULER

Kisah Pasangan 14 Tahun Menikah Tanpa Penetrasi Seksual
Gaya Hidup • 4 jam yang lalu
Wanita Indonesia Terbiasa 'Tak Menikmati' Hubungan Seks
Gaya Hidup 53 menit yang lalu
INFOGRAFIS: 4 Jenis Disfungsi Seksual pada Wanita
Gaya Hidup 1 jam yang lalu