Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tengah menyiapkan fasilitas Pedestrian Light Control Crossing, atau dikenal dengan
Pelican crossing sebagai pengganti sementara jembatan penyeberangan orang (
JPO) di Bundaran Hotel Indonesia (HI).
JPO itu bakal dibongkar lantaran menutupi Patung Selamat Datang di
Bundaran HI yang berfungsi menyambut peserta
Asian Games 2018 mendatang. Dalam sejarahnya, patung ini dibuat untuk menyambut peserta Asian Games pada 1962 silam.
Agar pejalan kaki dapat menyeberangi jalan MH Thamrin yang padat dengan kendaraan bermotor, Anies mencanangkan fasilitas Pelican crossing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelican crossing merupakan salah satu metode penyeberangan untuk para pejalan kaki. Metode pelican crossing ini memanfaatkan lampu lalu lintas yang berada di kedua sisi jalan.
Alih-alih berfungsi otomatis seperti lampu lalu lintas pada umumnya, pelican crossing mesti diaktifkan langsung oleh pengguna jalan yang hendak menyeberang.
 Ilustrasi (Foto: Istockphoto/iceninephoto) |
Setiap orang yang akan menyeberang diharuskan menekan tombol di tiang lampu lalu lintas. Lampu lalu lintas itu kemudian akan mengatur waktu untuk berubah menjadi merah agar kendaraan dapat berhenti, dan memberi sinyal pada pejalan kaki dengan menggunakan lampu hijau atau gambar orang sedang berjalan berwarna hijau.
Tanda ini membuat pejalan kaki dapat leluasa untuk menyeberang. Selain indikator warna lampu, pelican crossing juga memberikan tanda berupa suara.
Lama waktu untuk menyeberang itu pun sudah ditentukan. Biasanya waktu untuk menyeberang berkisar sekitar 30-45 detik.
Namun waktu ini bisa lebih lama mengingat jalan MH Thamrin di Bundaran HI, jauh lebih lebar dibanding jalanan lain. Belum lagi, aktivitas pejalan kaki yang ramai juga dapat membuat lampu merah lebih lama.
Pelican crossing ini sebenarnya bukan hal baru dalam lalu lintas di Indonesia. Di beberapa kota besar, pelican crossing banyak berfungsi. Di Jakarta, sistem ini bisa ditemui di Jalan Medan Merdeka Selatan dan Jalan Ir H Juanda.
 Ilustrasi (Foto: Istockphoto/Slobo) |
Berdasarkan laporan
Smithsonianmag, istilah pelican crossing awalnya berasal dari Inggris yang mulai dikenalkan pada 1969 dan banyak digunakan di berbagai negara di dunia.
Sistem ini muncul lantaran metode penyeberangan sebelumnya yang hanya menggunakan zebra cross atau panda crossing dinilai tidak efektif, karena tidak memberikan tanda-tanda apapun.
Meski terbilang lebih aman dibandingkan penggunaan zebra cross,
Safe Driving for Life melaporkan kecelakaan tetap rentan terjadi jika pengendara kendaraan bermotor atau pejalan kaki tidak taat pada sinyal yang diberikan.
Pada 2012 di Inggris tercatat 17 kematian, yang terdiri dari 14 orang dewasa dan tiga anak-anak.
(agr)