Jakarta, CNN Indonesia -- Selain ejakulasi dini, disfungsi ereksi menjadi gangguan seksual yang paling banyak diderita kaum adam. Sayangnya, kebanyakan pria tak menyadari gangguan yang dideritanya. Padahal disfungsi ereksi bisa jadi pertanda buruk kondisi kesehatan secara menyeluruh.
"Banyak yang tidak sadar akan disfungsi ereksi ini. Banyak yang menganggap jika penis berhasil penetrasi ke vagina, itu bukan disfungsi ereksi. Padahal, belum tentu," kata ahli andrologi, dr Nugroho Setiawan dalam diskusi media mengenai disfungsi ereksi di Jakarta, Rabu (29/8).
Saat ini, prevalensi disfungsi ereksi di dunia meningkat seiring pertambahan usia. Sesuai data
Asian Journal of Andrology, prevalensi disfungsi ereksi pada usia 20-29 tahun mencapai 15 persen, 30 persen untuk usia 30-39 tahun, dan 41 persen untuk usia 40-49 persen. Sedangkan usia 50-59 tahun mencapai 54 persen dan 70 persen untuk 60-69 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian The Global Study of Sexual Attitudes and Behaviours di 29 negara, termasuk Indonesia, menempatkan Asia Tenggara dengan kasus disfungsi ereksi terbesar sebanyak 28,1 persen. Menyusul Asia Timur dengan 27,1 persen dan Eropa Utara 13,3 persen.
"Sangat banyak sekali pria di seluruh dunia yang mengalami disfungsi ereksi dan meningkat seiring pertumbuhan usia. Ini disebabkan multifaktorial atau saling terkait dengan kesehatan dan juga faktor degeneratif," tutur Nugroho.
Faktor organik yang meliputi gangguan kesehatan pembuluh darah, saraf, hormonal, struktur penis, dan pengaruh obat menjadi penyumbang terbesar disfungsi ereksi sebanyak 95 persen. Sisanya, sebanyak 5 persen disebabkan oleh faktor psikogenik atawa faktor psikologis seorang pria.
Bukan cuma sekadar penis tak bisa mengerasDisfungsi ereksi bukan cuma urusan penis yang tak bisa mengeras saat penetrasi. Lebih jauh, disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan pria mencapai dan mempertahankan ereksi yang sempurna untuk aktivitas seksual yang memuaskan.
Ada empat tingkatan ereksi dalam dunia medis. Mulai dari tingkatan pertama yang sama sekali tak bisa ereksi hingga tingkatan keempat yang mampu ereksi sempurna. Dari semuanya itu, hanya tingkatan empat yang dianggap normal dan tak bermasalah.
"Yang tidak disfungsi ereksi itu hanya tingkat keempat, penis dapat mengeras seperti dinding atau timun muda. Tapi, tingkat tiga itu bisa mengeras walau tidak seluruhnya, tapi cukup untuk penetrasi," ucap Nugroho.
Kondisi ereksi tingkat ketiga berpengaruh pada hasil hubungan seksual. Ereksi yang tak sempurna, kata Nugroho, membuat pasangan tak nyaman, ejakulasi dini, kurang puas, hingga trauma menjalani hubungan berikutnya.
Lebih jauh lagi, Nugroho menyebut bahwa disfungsi ereksi bisa menjadi tanda kesehatan pria memburuk. Pasalnya, disfungsi ereksi berkaitan erat dengan pembuluh darah, saraf, dan hormonal.
Nugroho menyarankan agar pria sadar akan disfungsi ereksi dan mengonsultasikannya dengan tenaga kesehatan agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Disfungsi ereksi juga dapat ditangani dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup sehat seperti berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol, serta rutin berolahraga.
(asr/chs)