Jakarta, CNN Indonesia -- Demam
modest wear melanda Indonesia dalam beberapa tahun ke belakang. Geloranya mencuri perhatian publik berskala nasional hingga internasional.
Kini,
modest wear racikan enam desainer dan label Indonesia bakal mejeng di pameran
fesyen Muslim kontemporer di Amerika Serikat. Keenam desainer dan label itu di antaranya
Dian Pelangi, Khanaan Samlan,
Itang Yunasz, Ranni Hatta, I Know You Know (IKYK), dan Nur Zahra.
Indonesia bersama desainer dan label dari 53 negara lainnya bakal memamerkan karyanya dalam gelaran "Contemporary Muslim Fashion" yang dihelat di de Young Museum, San Fransisco, AS sejak 20 September 2018 hingga 7 Januari 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini merupakan pameran bergengsi, apalagi de Young Museum sangat populer. Bangga, karena ini pencapaian desainer Indonesia. Semoga jadi momentum membawa busana Muslim Indonesia ke level berikutnya," ujar Dian Pelangi kala konferensi pers di Harlequin Bistro, Kemang, Jakarta Selatan, Senin (17/9).
Dalam gelaran itu, Dian sendiri bakal membawa tiga busana yang diambil dari beberapa koleksinya. Dian bakal membawa satu
look dari koleksi teranyarnya 'Krama', satu
look dari koleksi
haute couture 'Eredita Srivijaya' yang sempat dibawanya saat gelaran Torino Modest Fashion, dan satu look dari koleksi 'Alurrealist' yang pernah diboyong ke gelaran New York Fashion Week 2017.
Sementara itu, Itang Yunasz bakal membawa tiga busana dengan tema yang terinspirasi Sumba. Tak cuma soal kain tradisional Sumba, tapi juga motif yang dituangkannya dalam bentuk
print dan sulam.
"Motif Sumba khasnya menggambarkan hewan, umumnya kuda, dan motif bentuk manusia. Tapi saya buatnya ke dalam bentuk geometris," kata Itang dalam kesempatan yang sama. Nuansa etnik motif Sumba ini bakal berbaur dengan sentuhan yang lebih kontemporer di tangan Itang.
Berbeda dengan Dian dan Itang yang masing-masing membawa tiga
look, Khanaan Samlan hanya bakal membawa dua busana batik kontemporernya ke dalam gelaran Contemporary Muslim Fashion.
Desainer yang lahir dan besar di Pekalongan, Jawa Tengah ini akan menampilkan busana dari koleksi 'Identity' (Spring/Summer 2016) dan 'Ashur' (Spring/Summer 2015). Keduanya menggunakan perpaduan motif batik kawung dan galaran. "Saya terinspirasi dari motif tradisional dan berbagai budaya di dunia," kata Khanaan.
Sebelum akhirnya karya-karya itu dipamerkan dalam de Young Museum, keenam desainer ini terlebih dulu melalui proses kurasi.
Kurator de Young Museum, Jill D'Alexandra sempat beberapa kali mengunjungi Indonesia untuk mengecek proses produksi hingga memilih koleksi yang layak dipamerkan.
Secara garis besar, gelaran Contemporary Muslim Fashion bakal dibuka dengan
fashion show dari negara-negara peserta. Selain busana, museum juga bakal memamerkan karya seni lain dengan gaya kontemporer yang sama.
Setelah digelar di Amerika Serikat, Contemporary Muslim Fashion bakal dilanjutkan di Museum Angewandte Kunst di Frankfurt, Jerman hingga 7 Juli 2019.
(els/asr)