Komitmen Prihardijono Rawat Istri dengan Demensia

Tim | CNN Indonesia
Sabtu, 22 Sep 2018 12:57 WIB
Prihardijono tak kenal lelah untuk merawat sang istri, Atty Ganriyawati, yang hidup dengan demensia.
Prihadijono bersama sang istri, Atty Ganriyawati, yang hidup dengan demensia. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dari raut wajahnya, Atty Ganriyawati (68) tak seperti orang sakit. Wajahnya tak lesu atau pucat. Padahal, demensia telah merenggut kehidupannya.

Sembari berbaring di atas kasur, sesekali Atty mengetuk-ngetuk papan kayu yang ada di atas kepalanya. Dia juga mengoceh dan bahkan tertawa.

"Kalau seperti ini, dia lagi nyaman. Banyak cerita, ketawa," kata sang suami, Prihardijono, saat ditemui CNNIndonesia.com di kediamannya di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat, Kamis (20/9) lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih dari satu dekade lalu, gejala demensia mulai menyerang Atty. Kala itu tahun 2003, Atty yang masih berusia 53 tahun mendadak mengalami perasaan yang berubah-ubah alias mood swing.


Sembari memperlihatkan foto-foto perkembangan sang istri, Prihadijono mengenang masa-masa itu. "Dia mudah marah, mudah tersinggung, dan mudah lupa," kenangnya. Tak ada kecurigaan apa pun kala itu, semua dianggap wajar.

Semakin lama, hal-hal yang dianggap biasa menjadi tak biasa. Atty kerap mencetuskan pertanyaan yang sama meski jawaban telah diberikan sebelumnya.

Puncak keanehan itu terjadi pada 2008. Atty mengalami sakit kepala dan migrain luar biasa hebat. Khawatir, Prihadijono pun membawanya ke rumah sakit. CT scan dijalani, tapi hasilnya nihil.

Kecurigaan Prihadijono semakin tinggi. Dia mencari informasi dari berbagai literatur, baik buku bacaan atau secara daring. Dari sana, dia semakin yakin jika Atty terserang demensia.

Memasuki tahun-tahun berikutnya, Atty bahkan terkadang tak mengenali Prihadijono. Pernah suatu ketika, Atty kaget ketika menemukan Prihadijono tidur disampingnya saat terbangun.

Kondisi Atty kian memburuk. Fisik Atty lebih lemah, meski masih mampu untuk berjalan.


"Ini kalau medis bilangnya 'wondering', mengembara. Dia (Atty) itu enggak tahu kalau yang dibawanya guling," cerita Prihadijono sembari menunjukkan foto Atty yang tengah berjalan di halaman sembari memeluk guling beberapa tahun silam.

Menjaga ODD tak ubahnya mengurus anak-anak. Ada saja yang dilakukan Atty dan membuat Prihadijono semakin khawatir.

Melihat kondisi Atty yang semakin mengkhawatirkan, Prihadijono yang kala itu bekerja sebagai pegawai swasta memutuskan untuk tidak memperpanjang masa kerja pada 2012 lalu. Dia merasa harus selalu mendampingi Atty.

Kini, Atty sama sekali tak menjalani pengobatan atau terapi apapun. Prihardijono hanya mengikuti saran psikiater untuk memastikan kecukupan gizi sang istri. 

"Saya berusaha menjaga kualitas hidupnya. Memberikan makan sebaik-baiknya. Saya pun enggak berani kecapekan. Jangan sampai ibu sakit, saya juga ikut sakit," kata Prihardijono.

"Jalani bareng-bareng"

Menjadi caregiver atau pelaku rawat untuk ODD bukan perkara mudah. Rasa kesal adalah hal yang biasa bagi Prihadijono.

Suatu hari, Prihardijono pernah dibuat kesal betul oleh ulah Atty. Momen itu terjadi di dalam mobil yang tengah melaju di jalanan padat dan macet. Entah apa yang ada di pikiran, Atty sekonyong-konyong melepas pakaiannya.


"AC mati, kan, buka baju dia (Atty). Aduh, itu gimana kalau ada orang lihat. Sambil pegang stir, saya pakaikan lagi bajunya," kenang Prihadijono.

Namun, segala kekesalan itu tak membuat Prihadijono enggan mengurus Atty. Dia terus mendampingi sang istri ke mana pun.

Tantangan Prihardijono semakin berat kala sang istri mendadak lumpuh akibat terjatuh di kamar mandi pada Maret 2017 lalu.

Kendati demikian, Prihardijono tak patah arang. "Kita tinggal menjalani. Ya, saya harus konsisten karena satu-satunya yang harus merawat Atty," kata dia.

"Ini kewajiban saya. Kami jalani bareng-bareng," tambah Prihardijono. (els/asr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER